21 Agustus 2024

Berikan Saja Cintamu Secukupnya, Jangan Berlebihan

Pada suatu pagi yang dingin dan hening, terdengar suara langkah kaki yang cepat mendekati rumah Rara. Matanya yang memandang lurus ke depan, tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari pintu rumah yang semakin dekat. Hati Rara percaya bahwa sosok yang dicintainya akan segera muncul. Namun, saat pintu itu terbuka, yang ditemui Rara adalah senyuman manis dari Bayu, sahabatnya.

"Rara, aku punya sesuatu untukmu," kata Bayu sambil memberikan sebuah bungkusan kecil berwarna merah muda.

Rara menerimanya dengan senyum tipis di bibirnya. Dia tidak bisa menahan rasa sedih yang mulai menyusup dalam hatinya. Hati Rara yang begitu mencintai Bayu, terasa hancur setiap kali harus melihat senyuman lelaki itu hanya sebagai sahabat.

"Makasih, Bayu. Ini benar-benar manis darimu," ucap Rara pelan.

Bayu mengangguk, lalu melempar senyum lagi sebelum pergi meninggalkan rumah Rara. Di kejauhan, Rara masih bisa melihat sosok Bayu yang semakin lama semakin pudar, seakan menghilang di balik kabut hujan yang mulai turun.

Hari demi hari berlalu, cinta Rara terhadap Bayu semakin dalam. Setiap tatapan, senyum, atau uluran tangan dari lelaki itu membuat hatinya berbunga-bunga. Namun, semakin lama pula Rara menyadari bahwa rasa cintanya hanya sepihak. Bayu selalu jadi sahabat yang setia, tapi tidak pernah lebih dari itu.

Suatu malam, Rara terduduk di hadapan piano kesayangannya. Debu-debu tipis telah menempel di permukaan piano itu, menandakan betapa jarang Rara menyentuhnya belakangan ini. Tapi malam itu, dia memilih untuk mengungkapkan semua perasaannya melalui melodi yang ia ciptakan sendiri.

Jari-jarinya menari dengan lincah di atas tuts piano. Melodi yang muncul begitu indah, namun juga penuh kesedihan. Lagu itu menceritakan betapa Rara begitu mencintai Bayu, namun juga betapa sakitnya hati ini karena cinta yang tidak pernah tersampaikan.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kakinya dari arah tangga. Bayu datang menemui Rara yang masih terduduk di hadapan piano. Ia bisa melihat air mata yang berlinang dari mata Rara, meskipun Rara mencoba untuk menyembunyikannya.

"Rara, kenapa kau menangis?" tanya Bayu dengan nada lembut.

Rara menghapus air matanya dengan cepat, tidak ingin Bayu melihat kerapuhan hatinya. Namun, Bayu sudah tahu segalanya. Dia tahu bahwa Rara mencintainya lebih dari sekedar sahabat.

"Berikan saja cintamu secukupnya, jangan berlebihan," ucap Bayu pelan, seolah mengerti maksud hati Rara.

Rara menatap Bayu dengan mata memelas. Dia ingin Bayu tahu bahwa cintanya begitu besar dan dalam, sampai-sampai sulit untuk dimuat dalam kata-kata. Namun, dalam hati Rara juga merasa bahwa Bayu sudah memberi lebih dari cukup. Dia sudah memberikan cinta sejati tanpa pamrih, tanpa syarat.

"Maafkan aku, Rara. Aku tidak bisa memberimu cinta yang kau inginkan," kata Bayu dengan raut wajah penuh penyesalan.

Seketika itu juga, Rara merasa dunianya runtuh. Hari-hari yang mereka habiskan bersama, senyum-senyum yang mereka berbagi, semuanya terasa seperti boneka mainan yang kini hancur di tangan mereka. Tanpa sepatah kata, Rara berdiri dari tempat duduknya dan berlari ke kamarnya, mengunci pintu rapat-rapat.

Bayu terdiam, merenungkan segala keputusannya selama ini. Dia tahu bahwa dia juga mencintai Rara, namun bagi Bayu, cinta itu bukan sekadar kata-kata atau perbuatan. Cinta adalah komitmen yang harus dijaga dan dilestarikan. Bayu sadar bahwa ia sudah memberi lebih dari cukup cinta untuk Rara, tapi bukan cinta yang diinginkan oleh gadis itu.

Hari berganti hari, Rara dan Bayu tidak lagi berbicara, tidak lagi saling bertegur sapa. Keheningan yang mengisi ruang-ruang di antara mereka terasa begitu menyiksa. Namun, meskipun cinta mereka tak pernah bersatu, setiap hembusan angin tetap membawa sejumput harapan bahwa suatu hari mereka akan menemukan cinta yang sejati dalam pelukan yang hakiki.