22 Oktober 2024

Cinta di Ujung Layar Yang Tersakiti

Cinta di Ujung Layar Yang Tersakiti
Hai Sobat Kumpulan Cerpen Siti Arofah Kali ini aku mau menceritakan sebuah kisah Arfi yang jatuh cinta dengan Dwiki melalui medsos, mereka belum pernah saling kenal ataupun melihat. Rupanya Arfi serius mencintai Dwiki. Hati Arfi hancur saat ia mengetahui kalau Dwiki ternyata sudah menikah, namun sedang dalam proses perceraian.

Di tengah kesibukan kota, Arfi adalah seorang pemuda yang menghabiskan banyak waktu di media sosial. Ia adalah sosok yang introvert, lebih nyaman berinteraksi melalui layar ketimbang bertemu langsung. Suatu malam, saat scrolling di platform media sosial, ia menemukan profil Dwiki. Foto Dwiki yang ceria dan senyumnya yang menawan membuat Arfi terpesona.

Mereka mulai berkomunikasi melalui pesan langsung. Awalnya, obrolan mereka ringan, membahas hobi, musik, dan film favorit. Seiring waktu, obrolan mereka semakin dalam dan Arfi merasa ada ikatan yang kuat dengan Dwiki.

Dwiki: “Eh, Arfi, kamu suka film genre apa?”

Arfi: “Aku suka film drama. Apalagi yang ada unsur romantisnya. Kamu?”

Dwiki: “Aku juga! Kita bisa nonton bareng suatu saat, kan?”

Arfi merasakan jantungnya berdegup. Mungkin, ada harapan untuk mereka bertemu suatu hari nanti. Setiap pesan yang Dwiki kirimkan membuat Arfi semakin jatuh cinta.

Hari demi hari, Arfi merasa hatinya semakin tertambat pada Dwiki. Mereka berbagi cerita, impian, dan bahkan ketakutan masing-masing. Arfi mulai membayangkan masa depan bersama Dwiki.

Arfi: “Dwiki, kadang aku berpikir, bagaimana kalau kita bisa bertemu di dunia nyata? Aku ingin melihat senyummu secara langsung.”

Dwiki: “Aku juga ingin, Arfi! Tapi kita harus sabar, ya?”

Arfi mengangguk meskipun di dalam hati, ia berharap cepat-cepat bisa bertemu. Ia merasa Dwiki adalah orang yang tepat untuknya, meskipun mereka belum pernah bertemu.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu malam, Dwiki mengirimkan pesan yang membuat hati Arfi hancur.

Dwiki: “Arfi, aku perlu jujur padamu. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui.”

Arfi merasakan ketegangan di dalam dadanya.

Arfi: “Apa itu, Dwiki? Kamu tampak serius.”

Dwiki: “Aku sudah menikah, tetapi sekarang sedang dalam proses perceraian.”

Dunia Arfi seakan runtuh. Ia merasa seolah terhempas dari ketinggian.

Arfi: “Apa? Kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya? Aku merasa kita sudah saling memahami.”

Dwiki: “Aku tidak ingin membuatmu merasa terbebani. Aku sedang berjuang untuk melepaskan diri dari hubungan yang tidak bahagia.”

Arfi: “Tapi… apakah itu berarti kita tidak bisa bersama?”

Dwiki: “Aku tidak tahu, Arfi. Aku masih merasa bingung dan terluka. Aku tidak ingin melukai siapa pun lebih jauh.”

Baca juga Langkah Menuju Harapan Anadia

Setelah kejadian itu, Arfi merasa hancur. Ia tidak bisa tidur, makan, atau fokus pada hal lain. Ia terus memikirkan Dwiki dan situasi sulit yang dihadapinya. Meskipun hatinya sakit, ia tahu ia harus mendukung Dwiki.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu. Arfi merasa campur aduk—senang bisa bertemu tetapi juga cemas tentang apa yang akan terjadi.

Di sebuah kafe kecil, Arfi menunggu Dwiki dengan jantung berdebar. Ketika Dwiki tiba, Arfi hampir tidak mengenalinya. Namun, senyumnya tetap sama—menyentuh hati Arfi.

Dwiki: “Maaf membuatmu menunggu. Aku sedikit terlambat.”

Arfi: “Tidak apa-apa. Aku… aku senang akhirnya bisa bertemu.”

Mereka duduk dan berbincang. Namun, suasana terasa tegang. Arfi ingin tahu lebih banyak tentang Dwiki dan perasaannya, tetapi ia juga merasa cemas.

Arfi: “Bagaimana kabarmu? Aku tahu ini pasti sulit bagimu.”

Dwiki: “Semua terasa berat. Proses perceraian ini menguras emosiku. Aku merasa kehilangan.”

Arfi merasakan sakit di hatinya. Ia ingin membantu Dwiki, tetapi ia juga khawatir tentang perasaannya sendiri.

Setelah beberapa saat berbicara, Arfi memutuskan untuk jujur tentang perasaannya.

Arfi: “Dwiki, aku jatuh cinta padamu. Meskipun kita belum lama kenal, aku merasakan ada sesuatu yang istimewa di antara kita.”

Dwiki menatap Arfi dengan mata yang penuh emosi.

Dwiki: “Aku juga merasa terhubung denganmu, Arfi. Tapi aku tidak ingin menyakiti siapapun, termasuk dirimu. Hatiku masih berantakan.”

Arfi: “Aku mengerti. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada untukmu, apapun yang terjadi.”

Dwiki mengangguk, tetapi ada kesedihan di matanya. Arfi tahu bahwa Dwiki masih terjebak dalam masa lalu dan butuh waktu untuk menyembuhkan hatinya.

Baca juga Obsesi Pernikahan Tak Terlupakan

Setelah pertemuan itu, Arfi berusaha untuk tidak terburu-buru. Ia memberi Dwiki ruang untuk menyelesaikan masalahnya. Namun, ia tetap menunjukkan dukungan dan perhatian.

Mereka terus berkomunikasi, dan seiring waktu, Dwiki mulai merasa lebih baik. Ia mulai membuka dirinya kepada Arfi.

Dwiki: “Arfi, terima kasih sudah sabar menungguku. Aku merasa lebih baik sekarang, dan itu karena dukunganmu.”

Arfi: “Aku selalu ada untukmu, Dwiki. Aku percaya kita bisa melewati ini bersama.”

Akhirnya, Dwiki menyelesaikan proses perceraian dan merasakan beban di pundaknya mulai hilang. Ia mulai mempertimbangkan apa yang sebenarnya ia inginkan dalam hidupnya. Mencintai Arfi semakin membuatnya merasa hidup kembali.

Suatu malam, saat mereka berbicara di telepon, Dwiki mengungkapkan perasaannya.

Dwiki: “Arfi, aku sudah memikirkan banyak hal. Aku ingin mencoba hubungan ini. Aku ingin bersamamu.”

Arfi merasa jantungnya berdebar bahagia. Meskipun perjalanan mereka tidak mudah, ia merasa bahwa cinta yang tulus bisa mengatasi segala rintangan.

Arfi: “Jadi, kita akan memulai babak baru bersama, ya?”

Dwiki: “Ya, aku ingin kita saling mendukung dan membangun masa depan yang lebih baik.”
 

Setelah Dwiki memutuskan untuk membuka hati dan mencoba hubungan dengan Arfi, keduanya mulai menjalani kehidupan baru yang penuh harapan. Mereka sering bertukar pesan, melakukan video call, dan merencanakan pertemuan secara langsung. Meskipun perasaan cemas masih ada, mereka berdua berusaha untuk saling mendukung.

Suatu sore, Arfi mengajak Dwiki untuk berjalan-jalan di taman. Momen ini terasa istimewa bagi mereka, karena ini adalah pertemuan pertama mereka setelah memutuskan untuk bersama. Arfi memilih taman yang indah, dengan pepohonan rindang dan bunga-bunga yang bermekaran.

Ketika mereka berjalan beriringan, Dwiki tampak lebih ceria. Senyum di wajahnya membuat Arfi merasa betapa berartinya momen ini.

Arfi: “Dwiki, aku senang kita bisa melakukan ini. Aku merasa lebih dekat padamu.”

Dwiki: “Aku juga, Arfi. Rasanya seperti mimpi bisa berdua denganmu di sini.”

Saat mereka duduk di bangku taman, Arfi mengambil kesempatan untuk berbicara lebih dalam.

Arfi: “Bagaimana perasaanmu setelah semua yang terjadi? Apakah kamu sudah siap untuk memulai hidup baru?”

Dwiki menghela napas, menggigit bibirnya sejenak.

Dwiki: “Aku merasa lebih baik. Proses perceraian itu sulit, tapi aku tahu itu adalah langkah yang tepat. Sekarang, aku ingin fokus pada masa depan.”

Malam itu, saat mereka berjalan pulang, Dwiki berani mengambil langkah lebih jauh.

Dwiki: “Arfi, terima kasih karena selalu ada untukku. Aku merasa beruntung memiliki kamu di sisiku.”

Arfi tersenyum, merasakan hangatnya perasaan di dalam hatinya.

Arfi: “Dwiki, aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu. Aku ingin kita membangun sesuatu yang indah bersama.”

Dwiki menatap Arfi dalam-dalam, dan Arfi melihat kilasan harapan di matanya.

Dwiki: “Aku juga mencintaimu, Arfi. Meskipun kita belum lama bersama, aku merasakan ikatan yang kuat antara kita.”

Namun, meskipun Dwiki merasa siap untuk melanjutkan hidup, bayang-bayang masa lalu masih menghantui mereka. Suatu malam, saat berbincang di telepon, Dwiki mengungkapkan sesuatu yang mengganggunya.

Dwiki: “Arfi, aku masih merasa cemas. Terkadang, aku takut hubungan ini akan berakhir seperti yang lalu.”

Arfi: “Aku mengerti, Dwiki. Kita berdua membawa bekas luka dari masa lalu. Yang terpenting adalah kita saling mendukung dan berkomunikasi terbuka.”

Dwiki: “Tapi bagaimana jika rasa sakit itu kembali?”

Arfi merasakan hati Dwiki yang bergetar. Ia ingin meyakinkannya.

Arfi: “Aku di sini untukmu. Kita akan melalui ini bersama. Cinta yang kita miliki bisa mengalahkan rasa takut itu.”

Seiring waktu, Dwiki mulai merasa lebih nyaman dengan hubungan mereka. Ia mulai memperkenalkan Arfi kepada teman-temannya. Suatu malam, mereka merencanakan untuk berkumpul bersama teman-teman Dwiki di sebuah restoran.

Ketika mereka tiba, Dwiki terlihat sedikit cemas.

Dwiki: “Arfi, apakah kamu siap? Ini adalah pertama kalinya aku memperkenalkanmu kepada teman-temanku setelah perceraian.”

Arfi: “Tentu, Dwiki. Aku siap. Aku ingin mereka tahu betapa istimewanya dirimu.”

Saat mereka masuk ke restoran, Dwiki memperkenalkan Arfi kepada teman-temannya. Suasana menjadi hangat, dan Arfi merasa diterima dengan baik. Mereka tertawa dan berbagi cerita, dan Arfi merasa semakin dekat dengan Dwiki.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, Dwiki merasa perlu untuk berbicara tentang masa lalunya dengan lebih terbuka. Ketika mereka berdua duduk di balkon restoran, Dwiki mulai bercerita.

Dwiki: “Arfi, aku ingin kamu tahu lebih banyak tentang masa lalu ku. Aku tidak ingin ada rahasia di antara kita.”

Arfi mengangguk, siap mendengarkan.

Dwiki: “Ketika aku menikah, aku merasa terjebak. Hubunganku penuh dengan ketidakbahagiaan, dan aku merasa tidak ada jalan keluar. Aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah berjuang untuk melepaskan diri.”

Arfi: “Aku menghargai keberanianmu untuk berbagi ini. Itu pasti sangat sulit.”
Membangun Kepercayaan

Dwiki menatap Arfi dengan penuh harapan.

Dwiki: “Aku ingin kita membangun kepercayaan satu sama lain. Aku tidak ingin masa lalu mempengaruhi hubungan kita. Aku ingin semuanya menjadi lebih baik.”

Arfi: “Aku setuju. Kita harus saling jujur dan terbuka. Jika ada yang mengganggumu, jangan ragu untuk berbicara.”

Dwiki tersenyum, merasa lega. Mereka berdua sepakat untuk menghadapi masa depan bersama, dengan kepercayaan dan keterbukaan.

Suatu hari, Arfi merencanakan kejutan untuk Dwiki. Ia ingin membuat momen spesial yang akan selalu dikenang. Ia mengajak Dwiki untuk pergi ke pantai saat matahari terbenam.

Saat mereka tiba, Arfi sudah menyiapkan piknik sederhana dengan makanan kesukaan Dwiki. Saat matahari mulai terbenam, pemandangan yang indah membuat Dwiki terpesona.

Dwiki: “Wow, Arfi! Ini luar biasa! Tidak ada yang pernah melakukan ini untukku sebelumnya.”

Arfi: “Aku ingin kita menciptakan kenangan indah bersama. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik.”

Dwiki: “Terima kasih, Arfi. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku bahagia.”

Saat mereka duduk di atas selimut, Dwiki menatap Arfi dengan penuh rasa syukur.

Dwiki: “Aku merasa beruntung bisa bersamamu. Setiap hari bersamamu adalah hadiah.”

Kedekatan mereka semakin kuat, dan Arfi merasa bahwa cinta sejatinya telah ditemukan. Meskipun masa lalu Dwiki masih menyisakan bekas, mereka berdua berkomitmen untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Arfi tahu bahwa cinta bukan hanya tentang kebahagiaan; cinta sejati juga melibatkan pengertian, dukungan, dan keberanian untuk menghadapi tantangan bersama.

Dengan hati yang berani dan cinta yang tulus, mereka siap menjelajahi setiap langkah baru dalam perjalanan hidup mereka—bersama.

Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.