15 September 2024

Kisah Devi dan Pohon Beringin Tua

Di sebuah desa kecil, Devi, seorang gadis berusia sembilan tahun, sangat menyukai hari-hari cerah. Pada suatu sore yang cerah, dia bermain dengan teman-temannya di lapangan dekat rumahnya. Suara tawa dan teriakan riang mengisi udara, menandakan bahwa mereka sedang menikmati permainan petak umpet.

“Devi, kamu jadi penghitung dulu!” seru Rina, teman baiknya. Devi mengangguk, menutup matanya, dan mulai menghitung hingga dua puluh.

Setelah menghitung, Devi mulai mencari teman-temannya. Dia berlari ke sana kemari, tetapi tidak menemukan siapa pun. Dalam pencariannya, dia melihat pohon beringin besar yang berdiri megah di tepi lapangan. “Tempat yang sempurna untuk bersembunyi!” pikirnya.

Devi berlari menuju pohon beringin dan bersembunyi di balik akar yang besar. Dia merasa aman dan nyaman, tetapi saat itu, sesuatu yang aneh terjadi. Suasana tiba-tiba menjadi sepi, seolah-olah suara teman-temannya menghilang.

Ketika Devi membuka matanya, dia menyadari bahwa dia tidak lagi berada di lapangan. Dia berdiri di sebuah dunia yang tampak berbeda—penuh dengan cahaya lembut dan suara alam yang aneh. Pohon-pohon di sekelilingnya tampak lebih besar dan berwarna-warni, tetapi ada sesuatu yang mengganggu perasaannya.

“Di mana aku?” gumam Devi. Dia terus berjalan, berharap menemukan jalan kembali. Namun, saat dia melangkah lebih jauh, dia merasakan ada yang mengawasinya.

Tiba-tiba, dari balik pohon, muncul makhluk besar dengan mata bersinar dan tubuh berwarna hijau lumut. “Selamat datang di dunia kami, Devi,” ucapnya dengan suara dalam yang menggema.

Devi merasa ketakutan, tetapi dia juga penasaran. “Siapa kamu? Di mana ini?” tanyanya.

“Aku adalah penunggu pohon beringin. Engkau telah memasuki dunia kami tanpa izin,” jawab makhluk itu.

Devi merasa bingung. “Tapi, aku hanya bermain petak umpet! Aku ingin pulang!” pintanya dengan suara yang bergetar.

Makhluk itu tampak berpikir sejenak. “Kembali ke dunia nyata bukanlah hal yang mudah. Engkau harus menyelesaikan sebuah ujian untuk mendapatkan izin kembali.”

“Ujian apa?” tanya Devi, merasa sedikit lebih tenang.

“Engkau harus menemukan tiga benda magis yang hilang di dunia ini. Setiap benda memiliki tantangan tersendiri,” jawab makhluk itu.

Devi mengangguk, meski hati kecilnya merasa takut. “Apa benda-benda itu?”

“Yang pertama adalah bunga langka yang hanya mekar di tengah hutan. Temukan dan bawa kembali kepadaku,” kata makhluk itu.

Devi berangkat menuju hutan, di mana suara burung-burung berkicau dan cahaya matahari menembus dedaunan. Dia berusaha mencari bunga langka yang dimaksud. Setelah berjam-jam mencari, dia melihat bunga berwarna ungu cerah yang tumbuh di tepi sungai.

“Ini dia!” teriak Devi gembira, mengambil bunga tersebut dengan hati-hati. Namun, tidak lama setelah dia mengambilnya, sekelompok makhluk kecil muncul, menghalangi jalannya.

“Siapa yang berani mengambil bunga kami?” tanya makhluk kecil itu, suaranya cempreng.

“Aku hanya ingin pulang! Aku tidak bermaksud jahat,” jawab Devi, merasa ketakutan.

Makhluk kecil itu menginginkan tantangan. “Jika kau bisa menjawab teka-teki kami, kami akan membiarkanmu pergi!”

Devi mengangguk, berusaha tenang. Mereka mulai memberikan teka-teki yang sulit, tetapi dengan keberanian dan pikiran yang jernih, Devi berhasil menjawab semuanya.

Setelah mendapatkan bunga langka, Devi berlari kembali ke penunggu pohon beringin. “Aku sudah menemukan bunga itu!” serunya penuh semangat.

Makhluk itu mengamatinya sejenak, lalu tersenyum. “Bagus, Devi. Namun, ujianmu belum selesai. Sekarang, kau harus menemukan batu permata yang terletak di dasar danau.”

Devi bergegas menuju danau yang tenang. Dia melihat airnya yang jernih dan merasa sedikit takut. Namun, dia tahu dia harus melakukannya. Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia menyelam ke dalam air.

Di dasar danau, dia melihat kilauan batu permata. Namun, saat hendak mengambilnya, sekelompok ikan besar muncul, menghalangi jalannya.

“Kenapa kau mengambil batu ini?” tanya ikan-ikan itu dengan suara dalam.

“Aku hanya ingin pulang,” jawab Devi dengan berani. “Aku akan melakukan apa pun untuk itu.”

Ikan-ikan itu terkesan dengan keberanian Devi. “Jika kau dapat menyanyikan lagu tentang keberanian, kami akan membiarkanmu mengambil batu itu.”

Devi mengingat lagu yang sering dinyanyikannya bersama teman-temannya. Dia mulai bernyanyi dengan penuh semangat, dan ikan-ikan itu mengizinkannya untuk mengambil batu permata.

Setelah mendapatkan batu permata, Devi kembali kepada penunggu pohon beringin. “Aku sudah mendapatkan dua benda!” serunya.

“Bagus, tapi ujian terakhir adalah yang tersulit. Kau harus menemukan jati dirimu sendiri di dalam hutan ini,” kata penunggu itu.

Devi berjalan jauh ke dalam hutan, merenung tentang siapa dirinya. Dia mulai merasa ragu dan bingung. “Apa yang membuatku berbeda?” tanyanya pada diri sendiri.

Saat duduk di bawah pohon, dia melihat bayangannya di tanah. “Aku adalah Devi yang berani, yang selalu ingin membantu teman-teman dan keluargaku,” ucapnya dalam hati.

Dengan pemikiran itu, Devi merasa semangatnya kembali. Dia berjalan kembali ke penunggu, bertekad. “Aku adalah Devi, dan aku tidak akan menyerah!” serunya.

Penunggu itu tersenyum lebar. “Kau telah menemukan jati dirimu, Devi. Sekarang, kau bisa kembali ke dunia nyata.”

Makhluk itu melambai, dan seketika itu juga, Devi merasakan angin yang lembut. Dia terbangun di bawah pohon beringin, tempat dia bersembunyi. Teman-temannya berkumpul di sekelilingnya, tampak khawatir.

“Devi! Di mana kamu?” tanya Rina, dengan napas terengah-engah.

“Aku di sini! Aku baik-baik saja!” jawab Devi, merasa bahagia bisa kembali.

Setelah pengalaman itu, Devi merasa lebih kuat dan berani. Dia menceritakan petualangannya kepada teman-temannya, dan mereka semua terpesona. “Aku belajar bahwa keberanian dan jati diri sangat penting,” ucapnya.

Teman-temannya mendengarkan dengan saksama, dan mereka semua berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain dalam setiap permainan yang mereka lakukan.

Hari-hari berlalu, dan meskipun Devi kembali ke kehidupan normalnya, pengalaman di dunia pohon beringin selalu diingatnya. Dia tahu bahwa meskipun ada tantangan yang harus dihadapi, keberanian dan jati diri akan selalu membawanya pulang.

Pohon beringin itu kini menjadi simbol keberanian dan persahabatan bagi Devi. Dia sering bermain di sana, mengingat petualangan yang mengubah hidupnya selamanya. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.