15 September 2024

Pesona Dirimu Yang Terbalut Indah Namun Semu

Synta adalah gadis berusia dua puluh tahun yang selalu percaya bahwa cinta sejati akan datang dalam bentuk yang sempurna. Ketika dia bertemu Rama di sebuah acara kampus, dia merasa semua impian itu menjadi kenyataan. Rama adalah sosok yang tampan, kaya, dan pintar—semua orang mengaguminya, termasuk Synta.

“Mungkin ini cinta sejati,” pikir Synta setiap kali melihat senyuman Rama yang menawan.

Seiring waktu, hubungan mereka semakin intens. Synta merasa beruntung bisa bersama Rama. Dia mengagumi segala hal tentangnya, mulai dari cara Rama berbicara hingga cara dia memperlakukan orang-orang di sekitarnya. Namun, di balik semua pesona itu, Synta mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

“Rama, kamu pasti sangat lelah. Kenapa tidak istirahat saja?” Synta mencoba mengingatkan saat mereka bekerja lembur untuk tugas kuliah.

“Aku tidak butuh saran darimu!” Rama tiba-tiba membentak, membuat Synta terdiam. Dia merasa ada sisi lain dari Rama yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Synta berusaha untuk memahami sifat temperamental Rama. Dia sering kali menganggap bahwa semua itu hanya bagian dari tekanan yang dihadapi Rama sebagai mahasiswa berprestasi. Namun, seiring berjalannya waktu, situasi semakin memburuk. Rama menjadi lebih sering marah dan meluapkan emosinya tanpa alasan yang jelas.

“Maafkan aku, Synta. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya stres,” Rama selalu meminta maaf setelah setiap ledakan emosi.

“Tidak apa-apa, Rama. Aku akan selalu ada untukmu,” jawab Synta, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Suatu malam, saat mereka sedang merayakan ulang tahun Rama di sebuah restoran mewah, suasana berubah menjadi tegang. Rama mulai merasa cemburu ketika melihat Synta berbicara dengan teman kuliah mereka.

“Kenapa kamu harus berbicara dengan dia? Apa kamu suka dia?” tanya Rama, nada suaranya meninggi.

“Saya hanya berbincang-bincang, Rama. Dia teman kita,” jawab Synta, berusaha menjaga ketenangan.

Namun, Rama tidak bisa menahan emosinya. Dalam sekejap, dia memukul meja, membuat semua orang di sekitar mereka terdiam. “Jangan coba membodohiku!” teriaknya.

Synta merasa hatinya hancur. Dia berusaha untuk tetap tenang, tetapi saat itu, dia mulai menyadari bahwa cinta yang dia inginkan tidak seharusnya menyakitkan. Namun, dia masih berharap Rama akan berubah.

“Rama, aku mencintaimu. Tapi aku tidak bisa terus berada di sini jika ini terus berlanjut,” ucap Synta, matanya berkaca-kaca.

“Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu!” balas Rama, suaranya mulai mereda.

Beberapa minggu berlalu, dan perasaan Synta semakin berat. Suatu malam, saat mereka sedang bertengkar di apartemen Rama, situasi semakin memanas. “Kamu selalu membuatku frustrasi, Synta!” teriak Rama.

Synta mencoba menjelaskan, tetapi Rama sudah terlalu marah. Dalam sebuah ledakan emosi, dia mendorong Synta, yang membuat gadis itu terjatuh dan pingsan.

Saat Synta terkulai di lantai, Rama, dalam keadaan panik, justru berlari keluar dari apartemen. Dia meninggalkan Synta sendirian, tanpa memanggil bantuan. Synta terbangun di rumah sakit, bingung dan lemah. Dia merasa ada yang salah.

“Di mana aku?” tanyanya pada perawat yang berada di sampingnya.

“Tenang, kamu di rumah sakit. Kami akan merawatmu,” jawab perawat dengan lembut.

Saat Synta mulai pulih, dia teringat semua yang terjadi. Kenangan tentang Rama dan peristiwa malam itu menghantuinya. “Apakah ini cinta yang aku inginkan?” pikirnya, hatinya penuh dengan pertanyaan.

Dia mulai menyadari bahwa hubungan mereka bukanlah cinta yang sehat. Rama telah menunjukkan sisi gelapnya yang sebenarnya, dan Synta tidak bisa lagi menutupi kenyataan itu.

Setelah keluar dari rumah sakit, Synta memutuskan untuk berbicara dengan Rama. Dia ingin mendapatkan kejelasan. Namun, saat dia menemui Rama, dia melihat ekspresi dingin di wajahnya.

“Synta, aku minta maaf. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku,” kata Rama, tetapi Synta merasa tidak ada penyesalan yang tulus dalam suaranya.

“Aku tidak bisa terus bersama seseorang yang menyakitiku, Rama. Ini bukan cinta,” ungkap Synta, air mata mengalir di pipinya.

Rama tampak terkejut, tetapi Synta tahu dia harus mengambil langkah berani. “Aku ingin kita berpisah. Aku perlu mencintai diriku sendiri,” ucapnya dengan tegas.

Rama terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Synta merasa hatinya berat, tetapi ada rasa lega yang menyelimuti pikirannya. Dia tahu keputusan ini adalah yang terbaik untuk dirinya.

Sejak itu, Synta mulai fokus pada dirinya sendiri. Dia menjalani terapi untuk mengatasi trauma yang dialaminya dan belajar untuk mencintai dirinya sendiri. Dia menemukan kekuatan dalam diri yang selama ini tersembunyi.

Synta mulai berkumpul kembali dengan teman-teman dan keluarga, menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia. Dia menyadari bahwa cinta yang sejati harusnya memberikan kebahagiaan, bukan rasa sakit.

Setelah beberapa bulan, Synta merasa lebih kuat dan berdamai dengan masa lalunya. Dia mulai mengejar impian yang selama ini terpendam. Dia melanjutkan studinya dan aktif dalam kegiatan sosial, membantu orang-orang yang mengalami situasi serupa.

Suatu hari, saat berjalan di taman, Synta melihat sekelompok anak-anak bermain. Dia tersenyum, merasakan kebahagiaan yang tulus. Dia tahu, cinta sejati akan datang pada saat yang tepat—cinta yang tidak akan menyakitkan, tetapi membawa kebahagiaan.

Setelah berpisah dengan Rama, Synta merasa ada kekuatan baru dalam dirinya. Dia mulai menjalin kembali hubungan dengan teman-teman lamanya yang sempat terabaikan. Mereka mendukungnya sepenuh hati dan membantu Synta melewati masa-masa sulit.

“Devi, terima kasih sudah ada di sini,” kata Synta pada sahabatnya, saat mereka duduk di sebuah kafe. “Aku merasa lebih baik sejak kita kembali berhubungan.”

“Tidak ada yang perlu diucapkan. Kita selalu ada untuk satu sama lain,” jawab Devi dengan senyuman hangat.

Di tengah perjalanan penyembuhannya, Synta menemukan kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri. Ini adalah impian yang selalu dia inginkan, tetapi sebelumnya dia tidak pernah berani mengambil langkah tersebut.

“Ini saatnya untuk menjelajah dan menemukan diriku lebih jauh,” pikirnya. Dia mengajukan aplikasi dan tidak lama kemudian menerima kabar baik—dia diterima!

Setelah melewati proses persiapan, Synta berangkat ke negara baru dengan penuh semangat. Dia merasakan campuran antara kegembiraan dan kecemasan. Dalam perjalanan ini, dia bertekad untuk membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Di sana, dia berkenalan dengan banyak orang baru dan belajar tentang budaya yang berbeda. Setiap pengalaman baru membuatnya semakin percaya diri dan mandiri.

Di kampus barunya, Synta bertemu dengan Arjun, seorang mahasiswa lokal yang ramah dan penuh semangat. Mereka cepat akrab, dan Arjun menjadi teman baik Synta. “Kamu terlihat seperti seseorang yang memiliki banyak cerita,” ujarnya saat mereka duduk bersama di kafe kampus.

“Bisa dibilang begitu. Aku baru saja melewati masa sulit,” jawab Synta, menceritakan sedikit tentang pengalamannya.

Arjun mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kau sangat kuat. Menghadapi dan bangkit dari situasi seperti itu bukanlah hal yang mudah.”

Seiring berjalannya waktu, pertemanan Synta dan Arjun mulai tumbuh menjadi sesuatu yang lebih. Mereka menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota, dan berbagi impian serta harapan. Synta merasa nyaman dan aman bersamanya, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

“Arjun, terima kasih telah membuatku merasa berharga,” ucap Synta suatu malam saat mereka duduk di tepi pantai, menikmati matahari terbenam.

“Semua orang berhak merasakan cinta yang tulus. Kau layak mendapatkannya,” jawab Arjun, menatapnya dengan lembut.

Namun, meskipun Synta mulai jatuh cinta lagi, bayangan masa lalu terkadang masih menghantuinya. Dia merasa ragu ketika memikirkan untuk membuka hati sepenuhnya kepada Arjun.

Suatu malam, Synta duduk merenung di kamarnya. “Apakah aku sudah siap untuk mencintai lagi?” tanyanya pada diri sendiri.

Akhirnya, dia memutuskan untuk berbicara dengan Arjun tentang ketakutannya. “Aku ingin kamu tahu bahwa ada bagian dari diriku yang masih terluka,” ungkapnya saat mereka berjalan-jalan di taman.

Arjun berhenti dan memegang tangannya. “Aku menghargai kejujuranmu, Synta. Kita bisa melangkah perlahan. Yang terpenting adalah kita saling mendukung,” ucapnya.

Synta merasa lega setelah berbicara dengan Arjun. Dia mulai memahami bahwa mencintai tidak harus sempurna, tetapi harus saling menghargai dan memahami. Dia berusaha untuk melepaskan rasa sakit dari masa lalu dan membuka hatinya untuk kemungkinan baru.

Saat kencan mereka berlanjut, Synta merasakan kebahagiaan yang tulus. Arjun membuatnya merasa nyaman dan aman, dan dia mulai percaya bahwa cinta yang baik memang ada.

Setelah satu tahun di luar negeri, Synta kembali ke tanah air. Dia merasa lebih kuat dan mandiri. Saat dia kembali, dia membawa pengalaman dan pelajaran berharga yang akan membantunya di masa depan.

Di bandara, Devi menunggu dengan bunga di tangannya. “Selamat datang kembali! Aku sangat merindukanmu!” seru Devi, memeluk Synta erat.

“Terima kasih, Devi! Aku juga merindukanmu,” jawab Synta, merasakan kehangatan persahabatan yang tulus.

Synta kembali ke kampus dan menemukan banyak hal yang berubah. Dia merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan baru. Arjun berjanji untuk mengunjungi Synta di Indonesia, dan mereka berencana untuk menjelajahi tempat-tempat baru bersama.

“Ini adalah awal baru untuk kita semua,” kata Synta kepada Devi saat mereka duduk di kafe kampus, berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing.

Dengan waktu, Synta mulai merasakan cinta yang tulus dari Arjun, dan dia pun mulai mencintainya dengan sepenuh hati. Dia menyadari bahwa cinta yang sehat adalah tentang saling menghargai dan mendukung, bukan tentang rasa sakit dan pengabaian.

Pada suatu malam yang tenang, saat mereka duduk di bawah bintang-bintang, Synta menggenggam tangan Arjun. “Aku siap untuk mencintaimu,” ucapnya dengan tulus.

Arjun tersenyum, “Aku sudah menunggu kata-kata itu.”

Synta belajar bahwa mencintai diri sendiri adalah langkah pertama untuk menemukan cinta yang sejati. Dia bersyukur atas semua pengalaman yang membentuknya menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik.

Sekarang, Synta melihat masa depannya dengan penuh harapan. Dia tahu bahwa cinta yang tulus dan saling menghargai akan selalu ada, dan dia siap untuk menjalani perjalanan baru dalam hidupnya—dengan hati yang terbuka dan penuh cinta. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.