14 September 2024

Antara Harapan dan Keraguan, Aku Tak Tau

Dinda duduk di tepi jendela, menatap langit senja yang berwarna oranye keemasan. Dalam hatinya, ada kerinduan yang mendalam untuk orang tua yang telah tiada. Sejak mereka pergi, hidupnya terasa sepi. Namun, ada satu sosok yang selalu ada untuknya: Raka. Kekasihnya yang baik hati dan pengertian.

Raka selalu berusaha membuat Dinda merasa aman dan dicintai. Ia tahu betapa berat beban yang ditanggung Dinda, dan setiap kali Dinda merasa terpuruk, Raka hadir untuk menghiburnya.

Suatu hari, saat mereka sedang duduk di sebuah kafe, Dinda melihat seorang perempuan cantik jelita mendekati Raka. Perempuan itu mengenakan gaun yang elegan dan senyumnya membuat banyak orang terpesona. Dinda merasa cemburu, meski ia tahu Raka mencintainya.

"Raka, siapa dia?" tanya Dinda dengan nada yang berusaha tenang.

"Oh, itu hanya teman kuliahku. Dia ingin tahu tugas yang kita kerjakan," jawab Raka dengan santai. Namun, Dinda tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang mulai menggerogoti hatinya.

Semakin lama, Dinda melihat Raka semakin sering dihubungi oleh perempuan itu. Keduanya sering tertawa dan terlihat akrab. Dinda merasa terasing, seolah ada jarak yang terbentang antara mereka. Ia berusaha untuk tidak berpikir negatif, tetapi hatinya tidak bisa berbohong.

"Raka, apakah kamu masih mencintaiku?" Dinda bertanya suatu malam, saat mereka sedang berjalan pulang.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja aku mencintaimu," jawab Raka dengan bingung. Namun, Dinda tidak bisa menghilangkan rasa ragu yang menghantuinya.

Suatu sore, Dinda memutuskan untuk mengejutkan Raka dengan mengunjungi tempat mereka biasa bertemu. Namun, saat ia tiba, Dinda melihat Raka tertawa bersama perempuan cantik itu. Senyuman Raka membuat Dinda merasa hancur. Ia merasa diabaikan, seolah semua perhatian Raka kini tertuju pada orang lain.

Dinda menahan air mata dan berbalik pergi. Saat ia melangkah menjauh, hatinya terasa berat. Kebahagiaan yang dulu ada kini seperti bayangan yang memudar.

Dinda tahu ia harus berbicara dengan Raka. Ia tidak ingin membiarkan perasaannya terjebak dalam kegelapan. Saat mereka bertemu, Dinda mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.

"Raka, aku merasa kita semakin jauh. Apakah ada yang salah?" tanyanya dengan suara bergetar.

Raka terkejut. "Dinda, tidak ada yang salah. Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa menghindari orang-orang di sekitarku."

Dinda mengangguk, berusaha memahami. Namun, rasa cemburu dan ketidakpastian terus menghantuinya.

Setelah banyak berpikir, Dinda memutuskan untuk mempercayai Raka. Ia mengingat semua kenangan indah yang telah mereka lalui bersama. Dinda memahami bahwa cinta tidak hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang memberi ruang.

Dinda berbicara dengan Raka, mengekspresikan perasaannya dan berusaha untuk tidak terlalu cemburu. Raka berjanji untuk lebih memperhatikan Dinda dan memberi tahu jika ada yang mengganggu.

Seiring waktu, Dinda dan Raka belajar untuk saling percaya. Raka berusaha lebih terbuka, dan Dinda berusaha mengatasi rasa cemburunya. Mereka menemukan kembali kebahagiaan yang sempat hilang, memperkuat ikatan yang telah dibangun.

Dinda menyadari bahwa meskipun bayang-bayang masa lalu selalu ada, mereka dapat menghadapinya bersama. Cinta mereka tidak sempurna, tetapi itu adalah cinta yang tulus dan penuh pengertian.

Dinda berdiri di tempat yang sama saat ia pertama kali bertemu Raka. Kini, ia tidak lagi merasa sendirian. Dengan Raka di sampingnya, dunia terasa lebih cerah. Cinta mereka telah melalui ujian, dan kini lebih kuat dari sebelumnya. Dinda tahu, apapun yang terjadi, mereka akan

selalu saling mendukung, saling menjaga, dan saling mencintai.