16 September 2024

Aku Tau Segalanya Ketika Anaya Hadir

Sita adalah seorang wanita berusia 25 tahun, ceria dan penuh semangat. Ia bekerja sebagai desainer grafis dan memiliki impian untuk membangun karier yang cemerlang. Suatu ketika, di sebuah acara pernikahan teman, Sita bertemu dengan Arman, seorang lelaki berusia 35 tahun yang tampak dewasa dan penuh pesona. Mereka terlibat dalam percakapan yang mendalam, dan Sita merasa ada koneksi yang kuat antara mereka.

Setelah beberapa bulan berkencan, Arman melamar Sita. Ia mengaku sudah single dan ingin membangun kehidupan baru bersamanya. Sita merasa beruntung dan bahagia, akhirnya mendapatkan cinta sejatinya.

Setelah menikah, Sita dan Arman menjalani kehidupan yang penuh cinta. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, merencanakan masa depan, dan membangun impian bersama. Sita merasa bangga memiliki suami yang tampan dan perhatian. Arman selalu memanjakannya dengan kejutan kecil, membuatnya merasa dicintai.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Sita merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Arman terkadang menerima panggilan telepon yang membuatnya terlihat gelisah. Sita berusaha untuk tidak curiga, meyakinkan dirinya bahwa Arman pasti memiliki alasan yang baik.

Setelah satu tahun pernikahan, Sita merasa mual dan memutuskan untuk melakukan tes kehamilan. Hasilnya positif! Ia sangat bahagia dan segera memberitahu Arman. Mereka merayakan kabar baik ini dengan penuh suka cita, merencanakan masa depan sebagai orang tua.

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Suatu malam, Sita menerima pesan dari seorang wanita yang mengaku bernama Tara. Wanita itu mengklaim bahwa Arman adalah suaminya dan mereka sudah menikah selama sepuluh tahun.

Sita merasa dunia seolah runtuh. Ia tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Dengan hati bergetar, ia berusaha menghubungi Arman. "Apa ini, Arman? Apakah kamu sudah menikah sebelumnya?" tanyanya dengan penuh emosi.

Arman terdiam sejenak sebelum akhirnya mengakui kebenaran. "Sita, aku... aku tidak bermaksud menyakitimu. Tara adalah istriku, tetapi hubungan kami sudah lama tidak baik. Aku mencintaimu dan ingin memulai hidup baru bersamamu."

Sita merasa hatinya hancur. "Kau berbohong padaku! Aku percaya padamu!" Ia merasa tertipu dan tidak tahu harus berbuat apa. Kehamilannya yang masih muda membuatnya semakin bimbang.

Sita merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit. Di satu sisi, ia mencintai Arman dan ingin memperjuangkan hubungan mereka. Namun, di sisi lain, ia merasa tidak bisa menerima kenyataan bahwa suaminya memiliki istri lain. Setiap detik terasa menyakitkan, dan ia merasakan stres yang luar biasa.

Dengan perasaan campur aduk, Sita memutuskan untuk pergi ke rumah orang tuanya. Ia membutuhkan waktu untuk berpikir dan mencari keputusan terbaik untuk dirinya dan bayi yang sedang dikandungnya.

Di rumah orang tuanya, Sita menceritakan semua yang terjadi kepada ibunya. Ibunya sangat terkejut dan tidak bisa memahami mengapa Arman berbohong. "Sita, kamu harus memikirkan masa depanmu dan bayi ini. Apakah kamu siap untuk menghadapi konsekuensi dari pernikahan ini?" tanya ibunya.

Sita merasa bingung. Ia tidak ingin menghancurkan keluarga orang lain, tetapi ia juga tidak ingin menjadi wanita yang dikhianati. Setelah beberapa hari merenung, Sita tahu bahwa ia harus membuat keputusan yang tepat.

Sita akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Arman sekali lagi. Mereka bertemu di sebuah kafe. Arman terlihat gelisah dan penuh penyesalan. "Sita, aku sangat menyesal. Aku tidak ingin kau merasa terjebak dalam situasi ini," ucap Arman dengan suara bergetar.

Sita menatapnya tajam. "Tapi aku merasa terjebak, Arman! Aku sedang mengandung anakmu, dan aku tidak tahu harus berbuat apa!" Ia merasakan air mata membasahi pipinya.

Arman berusaha meraih tangan Sita, tetapi Sita menariknya kembali. "Kau harus memilih, Arman. Jika kau ingin bersamaku, maka kau harus menyelesaikan urusanmu dengan Tara. Aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayang kebohongan ini."

Setelah pertemuan itu, Sita kembali ke rumah orang tuanya. Ia merasa lebih tenang, tetapi hatinya masih hancur. Arman berjanji untuk menyelesaikan masalahnya dengan Tara dan berusaha untuk meraih kembali kepercayaan Sita.

Sita memutuskan untuk fokus pada kehamilannya dan kesehatan mentalnya. Ia mulai mengikuti kelas prenatal dan berusaha menjaga diri agar tetap positif. Meskipun begitu, bayang-bayang ketidakpastian masih menghantuinya.

Beberapa minggu berlalu, dan Arman akhirnya menghubungi Sita. "Aku sudah berbicara dengan Tara. Kami telah sepakat untuk berpisah. Aku ingin bersamamu, Sita. Aku ingin menjadi ayah yang baik untuk anak kita," kata Arman dengan penuh harapan.

Sita merasa terharu, tetapi juga skeptis. "Bagaimana aku bisa yakin bahwa kau tidak akan mengulangi kesalahan yang sama?" tanyanya.

Arman menjawab, "Aku akan melakukan apa pun untuk membuktikan cintaku padamu."

Setelah banyak berpikir, Sita akhirnya memutuskan untuk memberi Arman kesempatan kedua. Mereka mulai membangun kembali hubungan mereka, meskipun ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Sita merasa lebih kuat, dan Arman berusaha menunjukkan bahwa ia serius dalam komitmennya.

Saat Sita melahirkan, Arman berada di sampingnya, mendukungnya selama proses persalinan. Ketika mereka melihat wajah bayi perempuan mereka untuk pertama kalinya, Sita merasakan cinta yang mendalam. Ia tahu bahwa ini adalah awal baru bagi mereka.

Setelah kelahiran putri mereka, Sita memberi nama Anaya. Kehadiran Anaya membawa kebahagiaan baru bagi Sita dan Arman. Sita merasakan cinta yang mendalam saat melihat Arman bersikap penuh kasih kepada bayi mereka. Namun, bayang-bayang masa lalu masih mengintai, dan Sita tahu bahwa mereka harus bekerja keras untuk membangun kembali kepercayaan.

Sita dan Arman berusaha menjalani kehidupan baru mereka sebagai orang tua. Meskipun Sita merasa bahagia, ada kalanya ia merindukan masa-masa sebelum pernikahan mereka yang penuh kebohongan. Arman berusaha untuk selalu ada untuk Sita dan Anaya, tetapi Sita kadang-kadang merasa sulit untuk sepenuhnya membuka hatinya.

Mereka mulai merencanakan kegiatan keluarga, seperti piknik di taman dan menghabiskan waktu bersama. Arman berusaha menunjukkan bahwa ia serius dalam komitmennya. Namun, Sita masih meragukan seberapa jauh Arman dapat berubah.

Suatu hari, Sita menerima telepon dari Tara. Wanita itu ingin berbicara dengan Sita secara langsung. Sita merasa cemas, tetapi ia tahu bahwa ia perlu menghadapi masalah ini. Mereka bertemu di sebuah kafe.

"Tara, aku ingin kau tahu bahwa aku tidak berniat untuk merebut Arman darimu. Kami memiliki anak bersama," ucap Sita dengan tegas. Tara terlihat sedih, tetapi ia juga mengerti.

"Aku hanya ingin Arman bertanggung jawab sebagai ayah," jawab Tara. "Aku berharap kalian bisa bahagia, tetapi aku juga ingin hubungan kami sebagai orang tua berjalan dengan baik."

Sita merasa lebih tenang setelah pertemuan itu. Ia tahu bahwa Tara ingin yang terbaik untuk Arif. Namun, ia juga menyadari bahwa hubungan mereka tidak akan pernah mudah.

Setelah berbicara dengan Tara, Sita berusaha untuk tidak membiarkan ketegangan mempengaruhi kehidupannya. Arman semakin menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada Sita dan Anaya. Mereka mulai merencanakan masa depan bersama, termasuk pendidikan untuk Anaya.

Sita juga mulai kembali ke pekerjaannya sebagai desainer grafis. Ia merasa lebih berdaya dan percaya diri. Dengan dukungan Arman, ia menemukan keseimbangan antara peran sebagai ibu dan kariernya.

Saat Anaya berusia enam bulan, Sita dan Arman merayakan ulang tahun pertama pernikahan mereka. Mereka mengadakan pesta kecil dengan keluarga dan teman-teman. Dalam momen itu, Arman berpidato dengan penuh emosi.

"Sita, terima kasih telah memberiku kesempatan kedua. Aku berjanji akan selalu mencintaimu dan menjadi suami serta ayah terbaik untuk Anaya," ucap Arman.

Sita merasa haru. Ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi ia ingin percaya bahwa mereka bisa melewatinya bersama.

Namun, tidak lama setelah itu, Sita mendengar kabar bahwa Tara merasa tertekan. Ia mengalami kesulitan dalam hidupnya setelah perceraian dari Arman. Sita merasa kasihan, tetapi ia juga merasa bingung. "Apakah aku harus membantu Tara?" pikirnya.

Setelah berdiskusi dengan Arman, mereka memutuskan untuk memberikan dukungan kepada Tara, tetapi tetap menjaga batasan. "Kami akan membantu, tetapi kita tidak ingin terlibat dalam hubungan yang rumit," kata Arman.

Sita dan Arman mulai mengunjungi Tara untuk memberikan dukungan. Mereka membawakan makanan dan membantu menjaga Arif, anak laki-laki Tara. Sita merasakan beban di hatinya, tetapi ia juga merasa baik karena bisa membantu orang lain.

Suatu malam, saat Sita berbaring di tempat tidur, Arman berkata, "Aku tahu ini sulit, tetapi kita harus tetap fokus pada keluarga kita. Anaya dan kamu adalah yang terpenting bagiku."

Sita mengangguk, tetapi ia merasa bimbang. "Aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak mengabaikan perasaanku sendiri," ucapnya. Arman merangkulnya, memberikan kenyamanan yang dibutuhkan Sita.

Seiring waktu, hubungan Sita dan Tara mulai membaik. Mereka saling memahami posisi masing-masing dan berusaha untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka. Sita merasa lebih tenang, tetapi di dalam hatinya, ia masih meragukan komitmen Arman.

Suatu hari, Sita mengajak Arman untuk berbicara. "Aku ingin kita berdua berjanji untuk selalu jujur satu sama lain, tidak peduli seberapa sulitnya," ujarnya. Arman setuju dan mereka berdua berkomitmen untuk menjaga komunikasi yang baik.

Beberapa bulan kemudian, Sita kembali hamil. Kabar ini membuatnya bahagia sekaligus cemas. Arman sangat bersemangat, tetapi Sita merasa tekanan untuk menjaga hubungan mereka. Ia tidak ingin mengalami sakit hati lagi.

Sita berusaha untuk fokus pada kehamilannya dan memperkuat ikatan antara dirinya, Arman, dan Anaya. Mereka mulai merencanakan kedatangan anggota keluarga baru dan berusaha untuk lebih dekat sebagai keluarga.

Ketika Sita melahirkan anak kedua mereka, seorang bayi laki-laki yang mereka beri nama Rian, kebahagiaan mengalir dalam keluarga kecil mereka. Arman berjanji akan menjadi ayah yang lebih baik, tidak hanya untuk Anaya dan Rian, tetapi juga untuk Arif, anak Tara.

Sita merasakan cinta yang mendalam dalam keluarganya. Meskipun masa lalu mereka penuh dengan tantangan, mereka belajar untuk saling mendukung dan membangun masa depan yang lebih baik. Dengan setiap langkah, Sita dan Arman menemukan bahwa cinta sejati tidak hanya tentang mengatasi kesulitan, tetapi juga tentang membangun kebahagiaan bersama. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.