27 Agustus 2024

Menggugah Hati : Kisah Haru Dadang dan Perjuangannya Melawan Diabetes

Dadang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat pasi. Sudah bertahun-tahun ia berjuang melawan diabetes, tapi penyakit itu tak kunjung sembuh. Justru kondisinya semakin memburuk.

Istrinya, Ina, duduk di samping ranjang Dadang, matanya berkaca-kaca menahan tangis. Ia menggenggam tangan suaminya yang terkulai lemas.

Ina: Sayang, bertahanlah. Kau pasti bisa melewati ini semua.

Dadang: (terbata-bata) Ina... aku lelah... sudah terlalu lama aku menderita. Aku... tidak yakin bisa bertahan lebih lama lagi.

Ina: Jangan bicara begitu! Kau pasti akan sembuh. Kita akan berusaha lebih keras lagi, mengikuti semua saran dokter.

Dadang: (batuk-batuk) Ina... aku... aku takut. Aku tidak ingin menyakitimu dan anak-anak. Mungkin... mungkin lebih baik jika aku pergi.

Ina: (menangis) Tidak, Sayang! Jangan berkata begitu. Kami semua membutuhkanmu. Kau tidak boleh menyerah!

Dadang: (menatap Ina dengan lemah) Maafkan aku, Ina... aku benar-benar tidak kuat lagi...

Ina: (memeluk Dadang erat) Kumohon, Dadang. Jangan tinggalkan kami. Aku... aku tidak bisa hidup tanpamu.

Tiba-tiba, seorang dokter masuk ke ruangan itu. Wajahnya tampak prihatin melihat kondisi Dadang.

Dokter: Maaf, Ibu. Saya ingin bicara sebentar dengan Bapak Dadang.

Ina mengangguk, lalu mengecup kening Dadang penuh kasih sebelum keluar ruangan dengan langkah gontai.

Dokter: (duduk di samping ranjang) Bapak Dadang, saya tahu kondisi Bapak sangat berat. Tapi saya ingin Bapak terus berjuang.

Dadang: (putus asa) Dokter... saya sudah tidak kuat lagi. Saya... saya ingin mengakhiri penderitaan ini.

Dokter: Saya mengerti, Bapak. Tapi Bapak masih punya banyak orang yang sangat membutuhkan Bapak. Istri dan anak-anak Bapak. Mereka akan sangat terluka jika Bapak menyerah.

Dadang terdiam, air mata mulai mengalir di pipinya. Dokter menepuk bahunya dengan prihatin.

Dokter: Bapak Dadang, izinkan saya untuk mencoba pengobatan baru yang mungkin bisa membantu. Saya janji akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan Bapak.

Dadang menatap sang dokter, secercah harapan muncul di matanya yang redup. Mungkin masih ada kesempatan baginya untuk bertahan.

Dadang: (lirih) Baiklah, Dok. Saya... saya akan coba bertahan.

Dokter mengangguk sambil tersenyum lega. Ia berharap pengobatan baru itu bisa menyelamatkan Dadang dari penderitaannya selama ini.

Ketika mendengar kondisi ayah mereka, Andi dan Siti, anak-anak Dadang, sangat terkejut dan sedih. Berikut reaksi mereka:

Andi (anak laki-laki, 18 tahun):
(Mendengar kabar dari ibunya, wajahnya langsung pucat pasi) Apa? Ayah semakin parah? Tidak mungkin... Selama ini ayah selalu terlihat kuat melawan penyakitnya.

(Memejamkan mata, menahan tangis) Aku... aku tidak sanggup membayangkan jika ayah... (suaranya bergetar) Aku harus segera pulang ke rumah sakit. Ayah pasti membutuhkanku.

Siti (anak perempuan, 16 tahun):
(Tubuhnya gemetaran, air mata langsung mengalir deras) Tidak, Ibu... Jangan bilang kalau ayah... (terisak) Ayah tidak boleh pergi. Kami masih membutuhkan ayah.

(Memeluk ibunya erat) Ibu, apa yang bisa kami lakukan? Kami tidak mau kehilangan ayah. Dia harus sembuh! Pokoknya ayah harus sembuh!

Ina (ibu mereka):
(Berusaha tegar di hadapan anak-anaknya) Anak-anak, ayah kalian sedang berjuang sekuat tenaga. Dokter sedang mencoba pengobatan baru untuk menyembuhkannya.

(Menghapus air mata) Ayah kalian orang yang kuat. Dia pasti akan melewati ini semua. Kita harus berdoa dan terus memberikan semangat untuknya. Ayo, kita jenguk ayah sekarang.

Andi dan Siti mengangguk, lalu segera bergegas menuju rumah sakit. Mereka bertekad untuk terus mendukung ayah mereka dalam perjuangannya melawan diabetes.