Risa menatap Danu dengan penuh harap. Dia sudah lama menyukai Danu, teman sekelasnya yang pintar dan baik hati. Risa selalu berusaha mendekati Danu, membantunya mengerjakan tugas, mengajaknya jalan-jalan, dan memberinya hadiah di hari ulang tahunnya. Risa yakin Danu juga merasakan hal yang sama, karena dia sering melihat Danu tersenyum padanya.
Namun, semua harapan Risa hancur saat dia mendengar kabar yang mengejutkannya. Danu ternyata sudah memiliki pacar, dan pacarnya adalah Tita, sahabat Risa sendiri. Risa tidak percaya, bagaimana mungkin Tita bisa berkhianat padanya? Tita tahu betul perasaan Risa terhadap Danu, tapi dia malah merebutnya dari Risa. Risa merasa sakit hati dan marah, dia tidak mau berteman lagi dengan Tita.
Risa memutuskan untuk menghadapi Danu dan Tita di sekolah. Dia ingin menanyakan langsung apa yang terjadi, dan mengapa mereka berdua berbohong padanya. Risa menemukan Danu dan Tita sedang berjalan bersama di koridor, sambil bergandengan tangan. Risa langsung menghampiri mereka dan menarik tangan Danu.
"Danu, kita perlu bicara. Aku mau tanya sesuatu." kata Risa dengan nada tegas.
"Risa, apa yang kamu lakukan? Lepaskan tanganku!" Danu terkejut dengan sikap Risa.
"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sampai kamu menjawab pertanyaanku. Apa benar kamu pacaran dengan Tita? Sejak kapan? Dan mengapa kamu tidak bilang padaku?" Risa menatap Danu dengan tatapan tajam.
Danu menunduk, dia tidak bisa menatap mata Risa. Dia merasa bersalah, tapi dia juga tidak bisa menolak perasaannya terhadap Tita. "Ya, aku pacaran dengan Tita. Kami sudah pacaran sejak dua minggu yang lalu. Aku tidak bilang padamu karena aku tidak mau menyakiti hatimu." jawab Danu pelan.
"Menyakiti hatiku? Kamu pikir dengan tidak bilang padaku, kamu tidak menyakiti hatiku? Kamu salah besar, Danu. Kamu justru membuatku lebih sakit. Kamu tahu kan aku suka kamu? Kamu tahu kan aku selalu ada untuk kamu? Tapi kamu malah memilih Tita, sahabatku sendiri. Kamu berdua berkhianat padaku!" Risa menangis, dia tidak bisa menahan emosinya.
Tita yang mendengar perkataan Risa, merasa tersinggung. Dia merasa Risa tidak berhak menyalahkan mereka, karena Risa tidak pernah menyatakan perasaannya secara langsung kepada Danu. Tita juga tidak merasa bersalah, karena dia juga suka Danu sejak lama, dan Danu juga suka padanya. Tita merasa dia berhak mendapatkan Danu, dan Risa harus menerima kenyataan.
"Risa, jangan berlebihan. Kamu tidak bisa memaksa Danu untuk menyukaimu, jika dia tidak merasakan hal yang sama. Danu suka aku, dan aku suka Danu. Kami berdua saling mencintai. Kamu harus menghormati pilihan kami, dan tidak mengganggu kami. Kamu tidak bisa mengklaim Danu sebagai milikmu, dia bukan barang yang bisa kamu rebut. Kamu harus belajar melepaskan, dan mencari orang lain yang lebih cocok untukmu." Tita berkata dengan nada dingin.
"Melepaskan? Mencari orang lain? Kamu pikir itu mudah? Kamu pikir aku bisa melupakan Danu begitu saja? Kamu tidak tahu apa-apa, Tita. Kamu tidak tahu betapa aku mencintai Danu. Kamu tidak tahu betapa aku berkorban untuk Danu. Kamu tidak tahu betapa aku berharap Danu bisa membalas cintaku. Kamu tidak tahu apa-apa, karena kamu hanya peduli dengan dirimu sendiri. Kamu egois, Tita. Kamu tidak pantas menjadi sahabatku." Risa menjerit, dia tidak bisa menahan amarahnya.
"Kamu yang egois, Risa. Kamu yang tidak peduli dengan perasaan kami. Kamu yang tidak pantas menjadi sahabatku. Kamu yang harus belajar menghargai orang lain, dan tidak selalu menganggap dirimu paling benar. Kamu yang harus berubah, Risa. Kamu yang harus dewasa." Tita menimpali, dia juga tidak mau kalah.
Danu yang melihat pertengkaran antara Risa dan Tita, merasa bingung dan sedih. Dia tidak tega melihat Risa menangis, tapi dia juga tidak mau meninggalkan Tita. Dia mencintai Tita, tapi dia juga menghargai Risa. Dia tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya diam dan menatap mereka berdua dengan wajah pucat.
Akhirnya, Risa tidak tahan lagi. Dia melepaskan tangan Danu, dan berlari meninggalkan mereka berdua. Dia tidak mau melihat wajah Danu dan Tita lagi, dia merasa mereka berdua telah mengkhianati cintanya. Dia merasa patah hati, dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya.
Danu dan Tita menatap Risa yang pergi dengan rasa bersalah. Mereka berdua merasa kasihan pada Risa, tapi mereka juga tidak bisa menyangkal perasaan mereka. Mereka berdua berpegangan tangan, dan berjalan pergi dengan langkah ragu. Mereka berdua berharap Risa bisa memaafkan mereka, dan menemukan kebahagiaannya.
Beberapa hari telah berlalu sejak pertengkaran antara Risa, Danu, dan Tita. Risa masih merasa sedih dan marah, dia tidak mau berbicara dengan siapa pun. Dia menghindari Danu dan Tita di sekolah, dia tidak mau melihat wajah mereka lagi. Dia juga tidak mau bertemu dengan teman-teman lainnya, dia merasa mereka semua tidak mengerti perasaannya.
Risa hanya menghabiskan waktunya di rumah, menangis dan mendengarkan lagu-lagu galau. Dia tidak mau makan, minum, atau mandi. Dia tidak mau belajar, bermain, atau bersenang-senang. Dia hanya mau menyendiri, dan meratapi nasibnya.
Ibunya yang melihat keadaan Risa, merasa khawatir. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada anaknya, tapi dia tahu bahwa anaknya sedang mengalami masalah. Dia mencoba untuk menenangkan dan menasehati Risa, tapi Risa tidak mau mendengarkan. Risa merasa ibunya tidak peduli dengan cintanya, dia merasa ibunya hanya mau mengatur hidupnya.
Ibunya tidak menyerah, dia terus berusaha untuk membantu Risa. Dia menghubungi guru Risa di sekolah, dan menanyakan apa yang terjadi. Guru Risa memberitahu ibunya tentang pertengkaran antara Risa, Danu, dan Tita. Guru Risa juga memberitahu ibunya bahwa Risa sudah tidak masuk sekolah selama beberapa hari, dan nilai-nilainya menurun. Guru Risa menyarankan ibunya untuk membawa Risa ke konselor sekolah, atau ke psikolog, agar Risa bisa mendapatkan bantuan profesional.
Ibunya mengikuti saran guru Risa, dan membawa Risa ke konselor sekolah. Risa tidak mau pergi, dia merasa tidak ada yang bisa membantunya. Dia merasa konselor sekolah hanya mau menghakimi dan mengkritiknya. Dia merasa konselor sekolah tidak bisa mengerti perasaannya.
Namun, setelah berbicara dengan konselor sekolah, Risa mulai merasa sedikit lega. Konselor sekolah tidak menghakimi atau mengkritik Risa, tapi malah mendengarkan dan memahami Risa. Konselor sekolah memberikan Risa ruang untuk mengekspresikan perasaannya, dan memberikan Risa saran untuk mengatasi masalahnya.
Konselor sekolah mengatakan kepada Risa bahwa cinta tidak bisa dipaksakan, dan cinta tidak bisa dimiliki. Konselor sekolah mengatakan bahwa Risa harus menghormati pilihan Danu, dan tidak menyalahkan dirinya sendiri. Konselor sekolah mengatakan bahwa Risa harus menerima kenyataan, dan berusaha untuk move on. Konselor sekolah mengatakan bahwa Risa harus menjaga dirinya sendiri, dan tidak melupakan hal-hal yang penting dalam hidupnya, seperti keluarga, teman, sekolah, dan cita-cita.
Risa mendengarkan saran konselor sekolah, dan mulai berpikir ulang. Risa menyadari bahwa dia telah salah, dia telah terlalu terobsesi dengan Danu. Risa menyadari bahwa dia telah menyia-nyiakan hidupnya, dia telah melupakan hal-hal yang berharga. Risa menyadari bahwa dia harus berubah, dia harus lebih dewasa.
Risa memutuskan untuk memperbaiki dirinya, dan memperbaiki hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya. Risa mulai kembali ke sekolah, dan belajar dengan giat. Risa mulai berbicara lagi dengan teman-temannya, dan meminta maaf atas sikapnya yang dingin. Risa mulai tersenyum lagi, dan menikmati hidupnya.
Risa juga memutuskan untuk berdamai dengan Danu dan Tita. Risa menghubungi mereka, dan mengajak mereka untuk bertemu. Risa ingin mengucapkan maaf, dan mengatakan bahwa dia sudah tidak marah lagi. Risa ingin mengembalikan persahabatannya dengan mereka, dan mengharapkan mereka bahagia bersama.
Danu dan Tita menerima permintaan Risa, dan setuju untuk bertemu. Mereka berdua juga ingin mengucapkan maaf, dan mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti Risa. Mereka berdua juga ingin menjaga persahabatannya dengan Risa, dan mengharapkan Risa menemukan cintanya.
Mereka bertemu di taman, tempat mereka sering bermain bersama dulu. Mereka berbicara dengan jujur, dan saling memaafkan. Mereka berpelukan, dan menangis. Mereka merasa lega, dan bahagia. Mereka berjanji untuk tetap berteman, dan saling mendukung.
Risa merasa senang, dia merasa dia telah melewati masa-masa sulitnya. Dia merasa dia telah menjadi orang yang lebih baik, dan lebih kuat. Dia merasa dia masih memiliki banyak hal yang bisa dia syukuri, dan banyak hal yang bisa dia capai. Dia merasa dia masih bisa mencintai, dan dicintai.
Risa menatap langit, dan tersenyum. Dia berterima kasih kepada Tuhan, dan kepada semua orang yang telah membantunya. Dia berharap semua orang bisa bahagia, dan damai. Dia berharap cinta bisa mengalahkan semua rintangan, dan menyatukan semua hati.
salam,
cerita pendek terbaik