Hai Sobat Kumpulan Cerpen Siti Arofah Kali ini aku mau menceritakan sebuah kisah istri yang tidak menyayangi keluarga suaminya.
Di sebuah desa kecil, hiduplah sepasang suami istri, Rina dan Danu. Mereka menikah setelah menjalin hubungan selama beberapa tahun. Rina adalah seorang wanita yang ceria dan penuh kasih sayang, sedangkan Danu, suaminya, adalah seorang pemuda yang penyayang dan bertanggung jawab. Keduanya memiliki impian untuk membangun keluarga yang bahagia.
Sejak awal pernikahan, Danu selalu mendukung Rina dalam segala hal. Ia tahu betapa pentingnya keluarga bagi Rina, terutama saudara kandungnya, Lani dan Iwan. Namun, seiring berjalannya waktu, Danu mulai merasakan bahwa perhatian Rina kepada saudara-saudara kandungnya jauh lebih besar dibandingkan perhatian yang ia berikan kepada keluarga mereka.
Rina sering menghabiskan waktu bersama Lani dan Iwan. Mereka sering bertukar cerita, berbelanja, dan menghabiskan akhir pekan bersama. Danu tidak keberatan jika Rina menghabiskan waktu dengan keluarganya, tetapi ia mulai merasa diabaikan. Ketika Danu mengajak Rina untuk pergi berdua, Rina sering menolak dengan alasan harus menemani Lani atau Iwan.
“Sayang, kita sudah lama tidak berkencan. Kenapa tidak kita atur waktu untuk berdua?” Danu mengusulkan suatu malam.
Rina tersenyum tetapi berkata, “Maaf, aku sudah janji untuk menemani Lani belanja. Dia butuh bantuan.”
Mendengar jawaban itu, hati Danu terasa berat. Ia merasa seolah pernikahan mereka menjadi tidak seimbang, dan perhatian Rina teralihkan sepenuhnya kepada saudara-saudaranya.
Seiring waktu, rasa frustrasi Danu semakin meningkat. Ia sering merindukan saat-saat ketika mereka berbagi tawa dan berbincang di malam hari. Rina yang dulu selalu ada untuknya kini lebih banyak menghabiskan waktu di luar bersama Lani dan Iwan. Danu berusaha memahami, tetapi perasaannya semakin sulit ditahan.
Suatu malam, ketika Danu pulang dari kerja, ia melihat Rina sedang bercanda tawa dengan Lani dan Iwan di halaman rumah. Senyum mereka tampak ceria, tetapi Danu merasa seperti orang asing di rumahnya sendiri. Ia merasa cemburu, bukan hanya kepada saudara Rina, tetapi juga kepada perhatian Rina yang seharusnya ia dapatkan.
Puncak ketidakpuasan Danu terjadi ketika Rina kembali pulang larut malam setelah menghabiskan waktu dengan saudara-saudaranya. Danu yang sudah menunggu dengan gelisah tidak bisa menahan diri lagi.
“Rina, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Apakah aku harus bersaing dengan saudara-saudaramu untuk mendapatkan perhatianmu?” Danu meluapkan isi hatinya dengan nada marah.
Rina terkejut, “Apa maksudmu, Danu? Mereka hanya keluargaku!”
“Ya, mereka memang keluargamu, tapi aku juga suamimu! Seharusnya kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama,” balas Danu, suaranya semakin tinggi.
Rina terdiam, menyadari betapa dalamnya perasaan Danu. Namun, ia merasa terjebak antara dua cinta: cinta untuk suaminya dan cinta untuk saudara-saudara kandungnya.
Baca juga Kenangan Bersama Ayah dan Ibu
Setelah pertengkaran itu, Rina berusaha lebih memperhatikan Danu. Ia berusaha menyeimbangkan waktunya antara suami dan saudara-saudara kandungnya. Mereka mulai merencanakan malam kencan dan kegiatan bersama. Namun, tidak butuh waktu lama sebelum Rina kembali terjerat dalam rutinitasnya yang sama, menghabiskan waktu lebih banyak dengan Lani dan Iwan.
Danu merasa sakit hati dan bingung. Ia mencintai Rina, tetapi tidak tahu bagaimana lagi cara untuk mengungkapkan perasaannya. Ia mulai merenung dan mencari solusi untuk mengatasi perasaannya yang semakin mendalam.
Danu memutuskan untuk berbicara langsung dengan Rina. “Aku mencintaimu, Rina, tapi aku juga butuh perhatianmu. Kita perlu membuat rencana agar kita bisa menghabiskan waktu berdua tanpa mengabaikan saudara-saudaramu,” ungkapnya dengan lembut.
Rina mendengarkan dengan seksama, hatinya terasa berat. Ia berjanji untuk lebih memperhatikan Danu dan berusaha untuk menyeimbangkan hubungan mereka. Namun, ia juga merasa sulit melepaskan ikatan kuat dengan saudara-saudara kandungnya.
Beberapa minggu kemudian, Rina merencanakan sebuah makan malam spesial untuk Danu. Ia memasak hidangan kesukaan Danu dan menghias meja dengan cantik. Ketika Danu datang, ia terkejut melihat usaha Rina.
“Malam ini hanya untuk kita,” kata Rina, matanya berbinar.
Danu merasa bahagia dan berterima kasih. Mereka berbagi cerita, tawa, dan momen-momen indah yang telah lama hilang. Danu merasa harapan kembali muncul, tetapi ia juga sadar bahwa hal ini perlu dijaga.
Namun, satu kejadian tak terduga mengubah segalanya. Suatu malam, Lani mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang. Rina segera berlari ke rumah sakit, meninggalkan Danu di rumah. Dalam hati Danu, rasa cemburu dan kesedihan menyatu.
Setelah beberapa hari di rumah sakit, Lani akhirnya pulang. Rina sepenuhnya fokus pada Lani, sementara Danu merasa terabaikan lagi. Suatu malam, saat Rina terjaga di samping Lani, Danu merasa putus asa. Ia berbaring di tempat tidur, merenungkan semua yang terjadi.
Ketika Rina kembali ke rumah, Danu memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya lagi. “Rina, aku mengerti bahwa kamu sangat mencintai saudara-saudaramu. Tapi aku juga butuh kamu di sisiku. Kita adalah keluarga sekarang. Apa yang terjadi dengan Lani mengingatkanku bahwa kita tidak selamanya memiliki waktu. Aku ingin kita lebih dekat,” ungkapnya, suaranya bergetar.
Baca juga Dari Ruang Kosong Menjadi Showroom Mewah
Rina terdiam, menyadari betapa pentingnya pernyataan Danu. Ia mulai merenungkan seberapa banyak waktu yang telah ia habiskan dengan saudara-saudara kandungnya dan seberapa banyak waktu yang ia abaikan untuk suaminya.
“Maafkan aku, Danu. Aku tidak bermaksud mengabaikan kita. Aku hanya ingin ada untuk mereka,” Rina menjelaskan, air matanya mengalir.
Setelah pembicaraan itu, Rina berusaha untuk lebih memperhatikan Danu. Ia menyadari bahwa kasih sayang kepada keluarga dan kepada suami bukanlah hal yang saling bertentangan. Mereka dapat saling mendukung dan menghormati satu sama lain.
Rina mengundang Lani dan Iwan untuk berkumpul di rumah, memperkenalkan mereka kepada Danu sebagai bagian dari keluarganya. Mereka berbagi momen-momen bahagia dan merayakan ikatan keluarga yang lebih kuat.
Seiring waktu berlalu, Rina dan Danu menemukan keseimbangan antara perhatian mereka untuk saudara-saudara kandung dan untuk satu sama lain. Mereka belajar bahwa saling mendukung tidak berarti harus mengorbankan hubungan satu sama lain.
Kini, Rina bisa tersenyum bahagia. Ia menyadari bahwa keluarga suami dan keluarganya tidak perlu terpisah. Mereka semua dapat hidup dalam harmoni, saling menguatkan, dan membangun hubungan yang lebih baik.
Dengan langkah baru dan semangat baru, Rina dan Danu melangkah bersama, membangun keluarga yang penuh cinta dan kebahagiaan.
Setelah memperbaiki hubungan antara Rina dan Danu, mereka mulai menjadwalkan waktu khusus untuk berkumpul dengan keluarga. Rina mengusulkan untuk mengadakan pertemuan keluarga setiap bulan, di mana kedua keluarga bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Danu setuju dengan senang hati.
Mereka mengatur pertemuan pertama di rumah. Rina mengundang Lani dan Iwan, serta orang tua Danu. Rina memasak hidangan khas keluarga, dan Danu membantu menyiapkan tempat. Saat semua berkumpul, suasana menjadi hangat dan penuh tawa.
Dalam suasana itu, Danu mulai merasakan kehadiran Rina yang lebih seimbang. Ia berinteraksi dengan saudara-saudara Rina, dan mereka pun tampak menikmati kebersamaan itu. Rina merasa bahagia melihat suaminya dan saudaranya saling berbaur.
Namun, tidak semua berjalan mulus. Beberapa bulan kemudian, Lani mengalami masalah di tempat kerjanya. Ia merasa tertekan dan mulai mencari dukungan dari Rina. Rina merasa perlu ada untuk Lani, tetapi ia juga menyadari bahwa Danu mungkin merasa terabaikan lagi.
Malam itu, ketika Danu pulang dari kerja, ia menemukan Rina sedang berbicara di telepon dengan Lani, tampak sangat khawatir. Danu merasa sedikit cemburu dan mempertanyakan apakah Rina akan kembali mengabaikannya.
Setelah Rina selesai menelepon, Danu memutuskan untuk berbicara. “Rina, aku paham Lani sedang mengalami masa sulit, tapi aku harap kamu tidak melupakan kita,” katanya, nada suaranya lembut tetapi tegas.
Rina menatap Danu, menyadari bahwa ia harus lebih bijaksana dalam membagi perhatian. “Maaf, Danu. Aku akan berusaha lebih baik. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama,” jawab Rina dengan tulus.
Rina memutuskan untuk mengajak Lani berbicara tentang situasi yang dihadapinya, sambil memastikan bahwa ia tidak melupakan perasaannya terhadap Danu. Mereka bertemu di sebuah kafe, di mana Rina dengan lembut menyampaikan bahwa ia ingin membantu Lani, tetapi juga harus menjaga hubungan suami-istrinya.
“Lani, aku ingin membantumu, tapi aku juga harus membagi waktuku dengan Danu. Dia adalah suamiku dan kita harus saling mendukung,” ungkap Rina.
Lani mengangguk, memahami posisi kakaknya. “Aku mengerti, Rina. Terima kasih telah ada untukku. Aku akan berusaha untuk tidak menjadi beban,” jawabnya.
Setelah percakapan itu, Rina merasa lebih tenang. Ia berusaha menyeimbangkan waktu untuk Lani dan Danu, memastikan bahwa keduanya merasa diperhatikan. Danu juga berusaha lebih mengerti kondisi Rina, berusaha memberikan dukungan tanpa merasa cemburu.
Dalam pertemuan keluarga berikutnya, Rina menyampaikan kepada semua orang bahwa mereka harus saling mendukung satu sama lain, tanpa mengorbankan hubungan pribadi mereka. Semua setuju, dan suasana semakin hangat.
Ketika ulang tahun Rina tiba, Danu memutuskan untuk merayakannya dengan besar-besaran. Ia mengundang seluruh keluarga, termasuk Lani dan Iwan. Ia ingin menunjukkan betapa berharganya Rina dalam hidupnya. Danu menyiapkan kejutan kecil dengan menghadirkan kue ulang tahun dan dekorasi yang cantik.
Saat Rina memasuki ruang tamu, ia terkejut melihat semua orang berkumpul untuk merayakan ulang tahunnya. Air mata bahagia mengalir di pipinya. Danu menggenggam tangannya dan berkata, “Selamat ulang tahun, sayang. Kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku.”
Rina merasa sangat dicintai dan diperhatikan. Semua kebahagiaan yang ada di ruangan itu mengingatkannya akan betapa berharganya keluarga, baik suami maupun saudara-saudara kandung.
Setelah momen itu, Rina dan Danu semakin saling mendukung. Mereka sering berbagi pengalaman dan saling mendengarkan ketika salah satu dari mereka menghadapi masalah. Rina mulai memahami bahwa cinta untuk saudara-saudara tidak berarti harus mengorbankan hubungan suami-istrinya.
Danu juga semakin aktif berinteraksi dengan saudara-saudara Rina. Ia bahkan mulai menjadi mentor bagi Iwan yang ingin mencari pekerjaan baru. Iwan sangat menghargai perhatian Danu, dan hubungan di antara mereka semakin erat.
Bertahun-tahun berlalu, Rina dan Danu menjadi pasangan yang lebih kuat dari sebelumnya. Mereka telah belajar untuk saling menghargai, mendukung, dan menyeimbangkan perhatian antara keluarga mereka. Setiap pertemuan keluarga menjadi lebih bermakna, dan hubungan mereka semakin dalam.
Rina merasa bersyukur bahwa ia berhasil menemukan keseimbangan antara cinta untuk suami dan saudara-saudara kandungnya. Kini, Rina dan Danu bisa melihat ke depan, merencanakan masa depan yang penuh kebahagiaan bersama, di tengah-tengah keluarga yang saling mendukung dan mencintai. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.