09 September 2024

Jauhnya Dirimu, Sedihnya Aku

Ivanka adalah seorang wanita karir yang sukses, bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Dia baru saja menikah dengan Andi, seorang pria yang juga ambisius dan bekerja di luar negeri. Pernikahan mereka diadakan dalam suasana yang meriah, dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada tantangan besar menanti—jarak yang memisahkan mereka.

Ivanka: "Aku tidak sabar untuk memulai hidup baru bersamamu, Andi."

Andi: "Begitu juga aku, Vanka. Meskipun kita terpisah, aku akan selalu ada untukmu."

Setelah pernikahan, Andi harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan proyek penting. Mereka berjanji untuk saling mendukung meskipun terpisah oleh jarak. Awalnya, komunikasi mereka lancar. Video call dan pesan teks menjadi penghubung yang menghangatkan hati.

Namun, seiring berjalannya waktu, kesibukan dan tekanan pekerjaan mulai mengganggu.

Beberapa bulan setelah pernikahan, Ivanka merasa kesepian. Dia mulai merindukan Andi lebih dari yang dia duga. Suatu malam, saat Ivanka sedang bekerja lembur, dia menerima pesan dari Andi yang terkesan dingin.

Andi: "Maaf, aku tidak bisa video call malam ini. Ada meeting mendadak."

Ivanka merasa kecewa, tetapi dia mencoba untuk memahami.

Ivanka: "Tidak apa-apa, Andi. Aku mengerti. Kerja dulu, ya."

Namun, hatinya mulai dipenuhi rasa rindu yang mendalam.

Jarak menjadi semakin terasa. Ivanka mulai merasa tidak diperhatikan. Dia ingin berbagi cerita tentang pekerjaannya, tetapi Andi selalu tampak sibuk.

Suatu malam, saat mereka akhirnya bisa berbicara, Ivanka merasa frustasi.

Ivanka: "Andi, aku merasa kamu semakin jauh. Kenapa kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama seperti dulu?"

Andi: "Aku sedang berusaha membangun karierku, Vanka. Ini semua untuk masa depan kita."

Ivanka: "Tapi aku juga butuh perhatianmu! Apa gunanya semua ini jika kita tidak saling mendukung?"

Pertengkaran kecil-kecilan mulai terjadi. Ivanka merasa Andi tidak mengerti perasaannya, sementara Andi merasa tertekan dengan pekerjaan dan ekspektasi.

Andi: "Kamu tidak bisa hanya memikirkan perasaanmu, Vanka. Aku punya tanggung jawab yang harus aku jalani."

Ivanka: "Dan aku punya kebutuhan emosional yang harus dipenuhi! Kita tidak bisa terus begini."

Mereka berdua merasa terjebak dalam emosi masing-masing. Setelah pertengkaran itu, komunikasi mereka menjadi tegang.

Minggu-minggu berlalu, dan meskipun mereka mencoba untuk berkomunikasi, ketegangan masih ada. Ivanka mulai merasa ragu tentang pernikahan mereka.

Suatu malam, saat Ivanka berbicara dengan sahabatnya, Dita, dia mengungkapkan keraguannya.

Dita: "Vanka, apa kamu benar-benar yakin dengan keputusan ini? Jarak bisa sangat sulit."

Ivanka: "Aku mencintainya, tetapi rasanya semakin sulit. Aku merasa sendirian."

Setelah beberapa minggu, Ivanka dan Andi sepakat untuk berbicara secara terbuka. Mereka merencanakan waktu khusus untuk berbicara tanpa gangguan.

Ivanka: "Andi, aku ingin kita mencari cara agar bisa lebih dekat, meskipun jarak memisahkan kita."

Andi: "Aku setuju. Mungkin kita bisa menjadwalkan panggilan rutin dan mengatur waktu untuk berbicara tentang hal-hal yang penting."

Mereka berdua berusaha untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain.

Seiring berjalannya waktu, Ivanka dan Andi mulai belajar untuk beradaptasi dengan situasi mereka. Meskipun masih ada pertengkaran, mereka berusaha untuk mendiskusikan masalah dengan lebih baik.

Ivanka: "Aku merasa lebih baik ketika kita bisa berbicara terbuka seperti ini."

Andi: "Aku juga, Vanka. Kita harus terus berusaha, walaupun kadang sulit."

Setelah hampir setahun terpisah, Andi mendapatkan kesempatan untuk pulang ke Indonesia. Ivanka sangat bersemangat menyambutnya.

Ivanka: "Akhirnya kita bisa bertemu! Aku sudah merindukanmu."

Andi: "Aku juga, Vanka. Kemanapun aku pergi, kamu selalu ada di pikiranku."

Mereka berpelukan erat, merasakan kehangatan yang telah lama hilang. Namun, mereka tahu bahwa mereka harus terus bekerja sama untuk menjaga hubungan ini.

Setelah pertemuan itu, Ivanka dan Andi semakin memperkuat ikatan mereka. Mereka belajar bahwa cinta membutuhkan usaha, komunikasi, dan pengertian, terutama ketika jarak memisahkan.

Meskipun terkadang ada pertengkaran, mereka saling memahami bahwa setiap tantangan hanya membuat cinta mereka semakin kuat. Mereka berkomitmen untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik, bersama-sama, meskipun terpisah oleh jarak.

Setelah Andi kembali ke luar negeri, Ivanka merasa lebih bersemangat. Namun, dia juga menyadari bahwa kembali ke rutinitas LDR tidaklah mudah. Mereka berusaha untuk menjaga komunikasi dengan lebih baik, tetapi kesibukan masing-masing sering kali membuat waktu terbatas.

Ivanka: (saat video call) "Aku senang kita bisa bertemu lagi, meskipun hanya lewat layar."

Andi: "Aku juga, Vanka. Tapi aku merasa sangat kehilangan saat tidak bisa bersamamu."

Mereka berdua berusaha mengatasi rasa rindu dengan berbagi momen kecil dari kehidupan sehari-hari.

Namun, saat Andi kembali bekerja, tekanan dari pekerjaannya kembali muncul. Dia sering kali terpaksa lembur, dan Ivanka merasa diabaikan.

Ivanka: "Andi, kenapa kamu tidak bisa meluangkan waktu untukku? Aku merasa kamu lebih memilih pekerjaanmu daripada aku."

Andi: "Itu tidak benar, Vanka! Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kita."

Ivanka: "Tapi aku juga ingin merasakan kehadiranmu. Ini bukan hanya tentang uang, Andi."

Pertengkaran kembali terjadi. Mereka berdua merasa frustrasi dan tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah ini.

Setelah beberapa hari saling diam, Ivanka memutuskan untuk mencari solusi. Dia mengusulkan agar mereka membuat rencana mingguan untuk berbicara dan merencanakan aktivitas bersama, meskipun terpisah.

Ivanka: "Bagaimana kalau kita merencanakan malam kencan virtual setiap minggu? Kita bisa menonton film bersama atau memasak resep yang sama."

Andi: (menimbang) "Itu ide yang bagus. Aku ingin berusaha lebih baik untuk kita."

Mereka berdua sepakat untuk saling memberi waktu dan perhatian lebih.

Malam kencan virtual pertama mereka dimulai dengan semangat. Ivanka menyiapkan makanan favorit Andi, sementara Andi memasak dari jauh. Mereka menyaksikan film yang sama sambil berbagi komentar.

Ivanka: "Aku tidak percaya dia melakukan itu! Itu sangat konyol."

Andi: "Haha, iya! Tapi aku suka bagian ini. Kamu ingat waktu kita pergi ke bioskop?"

Momen-momen kecil ini membuat mereka merasa lebih dekat, meskipun terpisah oleh jarak.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Ivanka mulai merasa cemas ketika Andi tidak membalas pesan dalam waktu lama. Dia khawatir ada yang salah.

Ivanka: (mengirim pesan) "Andi, apakah kamu baik-baik saja? Aku mulai merasa khawatir."

Beberapa jam kemudian, Andi akhirnya membalas.

Andi: "Maaf, Vanka. Aku baru saja selesai dengan proyek besar. Aku sangat lelah."

Ivanka merasa lega tetapi juga frustrasi.

Ivanka: "Aku mengerti, tapi aku harap kamu bisa memberi kabar lebih cepat. Aku khawatir saat tidak mendengar kabar darimu."

Setelah berbicara, Ivanka menyadari bahwa dia harus lebih percaya pada Andi. Dia mulai berusaha untuk tidak membiarkan kecemasannya mengganggu hubungan mereka.

Ivanka: "Aku akan berusaha lebih baik untuk mengerti situasi ini. Kita bisa menghadapi ini bersama."

Andi: "Terima kasih, Vanka. Aku juga akan berusaha untuk lebih komunikatif."

Mereka berdua saling berjanji untuk lebih terbuka dan jujur tentang perasaan masing-masing.

Suatu hari, Andi menghubungi Ivanka dan memberi kabar baik. Dia berhasil mendapatkan promosi di tempat kerjanya.

Andi: "Vanka, aku punya berita baik! Aku mendapat promosi dan akan menjadi manajer proyek!"

Ivanka: "Wow, itu luar biasa! Selamat, Andi! Aku sangat bangga padamu!"

Kebahagiaan itu membuat mereka semakin dekat. Ivanka merasa lebih yakin bahwa Andi memang berkomitmen untuk masa depan mereka.

Namun, kabar baik itu datang dengan tantangan baru. Andi harus menghadapi proyek yang lebih besar dan tekanan kerja yang lebih tinggi. Dia sering kali merasa stres dan terkadang tidak punya waktu untuk berbicara dengan Ivanka.

Ivanka: "Andi, aku mengerti kamu sibuk, tapi aku merasa kita semakin jauh."

Andi: "Aku tahu, Vanka. Aku berjanji akan mencari waktu. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Ketika Andi harus pergi untuk tugas penting selama beberapa minggu, Ivanka merasa sangat kesepian. Dia mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan bekerja, tetapi rasa rindu semakin mengganggu.

Ivanka: (mensendiri) "Apa aku membuat kesalahan menikahi Andi? Kenapa semua ini terasa begitu sulit?"

Dia merasa bingung dan tidak berdaya.

Setelah beberapa minggu, Andi akhirnya pulang untuk liburan pendek. Ivanka merasa sangat senang, tetapi juga cemas tentang bagaimana mereka akan berbicara setelah berbulan-bulan penuh ketegangan.

Ivanka: "Andi, aku merindukanmu lebih dari yang bisa aku ungkapkan."

Andi: "Aku merindukanmu juga, Vanka. Kita perlu membicarakan semuanya."

Mereka duduk dan saling berbagi perasaan, mengakui semua ketegangan yang telah terjadi.

Setelah diskusi yang panjang, Ivanka dan Andi menyadari bahwa cinta mereka harus terus diperjuangkan. Mereka berkomitmen untuk saling mendukung, meskipun tantangan jarak dan pekerjaan menguji hubungan mereka.

Ivanka: "Aku tahu kita bisa melewati ini. Kita hanya perlu saling mengingatkan betapa berharganya cinta kita."

Andi: "Setiap tantangan yang kita hadapi hanya membuat kita lebih kuat. Aku tidak akan pernah menyerah padamu, Vanka."

Dengan semangat baru, mereka siap menghadapi apa pun yang datang. Cinta mereka, yang teruji oleh jarak dan waktu, menjadi lebih dalam dan lebih kuat dari sebelumnya. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.