09 September 2024

Gundah dari Sebuah Hubungan Tanpa Status

Tantri adalah seorang wanita berusia 28 tahun yang telah menjalin hubungan dengan kekasihnya, Riko, selama delapan tahun. Mereka bertemu di bangku kuliah dan sejak saat itu menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Tantri selalu percaya bahwa cinta mereka akan berujung pada pernikahan.

Tantri: "Riko, aku tidak sabar untuk melihat masa depan kita bersama. Suatu hari, kita akan menikah, kan?"

Riko: (tersenyum) "Tentu, Tantri. Kita akan sampai di sana."

Namun, dalam hati Tantri, ada sedikit keraguan. Riko sering menghindari pembicaraan tentang pernikahan.

Seiring berjalannya waktu, Tantri mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda. Riko selalu memiliki alasan untuk tidak membahas masa depan mereka. Ketika Tantri mengajak bicara tentang rencana pernikahan, Riko hanya menjawab dengan senyuman dan pengalihan topik.

Tantri: "Apa kamu tidak ingin melihat kita berdua menikah? Aku sudah menunggu lama."

Riko: "Kita masih muda, Tantri. Mari kita nikmati saat ini terlebih dahulu."

Tantri merasa bingung, tetapi dia berusaha untuk percaya pada kata-kata Riko.

Pada suatu malam, Tantri mengunjungi rumah Riko untuk merayakan ulang tahun mereka yang kedelapan. Dia berharap Riko akan memberikan kejutan spesial. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Tantri: "Riko, aku berharap kamu bisa memberi tahu aku tentang masa depan kita."

Riko: (terdiam sejenak) "Tantri, aku tidak yakin kita perlu terburu-buru. Hubungan kita sudah baik seperti ini."

Kekecewaan melanda hati Tantri, tetapi dia masih berharap Riko akan berubah pikiran.

Beberapa minggu kemudian, Tantri menghadiri pernikahan sahabatnya, Dian. Melihat momen bahagia pasangan yang saling mencintai membuat Tantri semakin merindukan pernikahan. Dia bertekad untuk membicarakan hal ini dengan Riko sekali lagi.

Tantri: "Riko, aku ingin kita berbicara serius. Aku rasa kita perlu membahas masa depan kita."

Riko: (gelisah) "Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Tantri mengambil napas dalam-dalam, berusaha menyiapkan kata-kata.

Setelah pembicaraan yang panjang, Riko akhirnya mengungkapkan perasaannya.

Riko: "Tantri, aku mencintaimu, tetapi aku tidak ingin menikah. Aku lebih suka hubungan kita seperti sekarang, tanpa status."

Tantri terkejut. Hatinya hancur mendengar pengakuan itu.

Tantri: "Jadi, selama ini kamu tidak pernah berniat untuk menikah denganku?"

Riko: "Aku suka hidup kita saat ini. Pernikahan hanya akan menambah tekanan."

Tantri merasa terjebak dalam perasaannya sendiri. Dia tidak ingin kehilangan Riko, tetapi hatinya menolak untuk menerima kenyataan ini.

Setelah pertemuan itu, Tantri merasakan kebingungan yang mendalam. Dia mencintai Riko, tetapi dia juga menginginkan komitmen yang lebih serius. Dia mulai mempertanyakan semua yang terjadi selama delapan tahun ini.

Tantri: (berbicara pada sahabatnya, Mira) "Aku tidak tahu harus bagaimana, Mira. Aku mencintainya, tapi aku juga ingin pernikahan."

Mira: "Kamu harus memikirkan dirimu, Tantri. Apakah kamu bisa bertahan dengan hubungan tanpa status selamanya?"

Tantri merasa terhimpit antara cinta dan harapan masa depan.

Tantri memutuskan untuk memberi waktu untuk berpikir. Dia mulai mencari tahu apa yang sebenarnya dia inginkan dari hidupnya. Dia berbicara dengan beberapa teman dan membaca buku tentang cinta dan komitmen.

Suatu malam, Tantri menulis di jurnalnya.

Tantri: "Apa aku ingin hidup dalam ketidakpastian? Apakah aku rela mengorbankan kebahagiaanku demi cinta yang tidak pasti?"

Setelah berpikir panjang, Tantri akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Riko lagi. Dia tahu dia harus jujur tentang perasaannya.

Tantri: "Riko, aku sudah berpikir. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini tanpa kepastian."

Riko: "Tapi Tantri, aku mencintaimu! Kenapa kita harus mengubah semuanya?"

Tantri: "Karena aku butuh kepastian. Aku ingin masa depan, bukan hanya saat ini."

Setelah diskusi yang emosional, Tantri memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia merasa berat, tetapi dia tahu itu adalah langkah yang tepat untuk dirinya.

Tantri: "Aku tidak ingin mengikatmu pada sesuatu yang tidak ingin kau jalani. Kita harus berpisah."

Riko terlihat hancur, tetapi dia tahu Tantri berhak mendapatkan apa yang dia inginkan.

Riko: "Aku tidak ingin kehilanganmu, Tantri."

Setelah perpisahan, Tantri merasa kehilangan. Dia menjalani hari-harinya dengan penuh kesedihan, tetapi dia juga merasa ada beban yang terangkat. Dia mulai fokus pada diri sendiri dan mengejar impian yang selama ini tertunda.

Dia mulai belajar memasak, mengikuti kelas yoga, dan mengeksplorasi hobi-hobi baru. Perlahan-lahan, Tantri mulai menemukan kebahagiaannya kembali.

Beberapa bulan setelah perpisahan, Tantri bertemu dengan seorang pria bernama Danu di sebuah acara komunitas. Danu adalah sosok yang hangat dan penuh perhatian. Mereka mulai berkenalan dan Tantri merasa nyaman berada di dekatnya.

Danu: "Kamu tampak seperti seseorang yang kuat. Apa kamu baik-baik saja?"

Tantri: "Aku baru saja melewati masa sulit, tetapi aku belajar banyak tentang diriku."

Mereka berbagi cerita dan Tantri merasa ada harapan baru dalam hidupnya.

Seiring berjalannya waktu, Tantri dan Danu semakin dekat. Danu menghargai Tantri dan mendukungnya dalam setiap langkah. Tantri mulai merasakan cinta yang baru, cinta yang tidak terhalang oleh ketakutan akan komitmen.

Tantri: "Danu, aku merasa nyaman bersamamu. Mungkin aku bisa membuka hatiku lagi."

Danu: "Aku senang mendengarnya, Tantri. Aku ingin kita melangkah maju bersama."

Tantri akhirnya menyadari bahwa cinta yang sejati bukan hanya tentang waktu yang dihabiskan bersama, tetapi juga tentang saling menghargai dan mendukung satu sama lain. Dia menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam cinta baru ini, yang penuh dengan harapan dan komitmen.

Meskipun perjalanan cintanya dengan Riko berakhir dengan luka, Tantri belajar bahwa setiap akhir adalah sebuah awal baru. Dia siap menjalani hidup baru dengan penuh cinta dan keyakinan, menatap masa depan dengan optimisme.

Setelah beberapa bulan menjalin hubungan dengan Danu, Tantri mulai merasa hidupnya semakin berwarna. Danu selalu ada untuknya, memberikan dukungan dan cinta yang selama ini ia cari. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, melakukan berbagai aktivitas, dari berolahraga hingga memasak bersama.

Tantri: "Danu, aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Terima kasih sudah ada untukku."

Danu: "Aku senang kamu merasa seperti itu, Tantri. Kita saling melengkapi."

Namun, di balik kebahagiaan ini, Tantri masih merasakan bayang-bayang masa lalu. Dia terkadang teringat pada Riko dan perasaannya yang campur aduk.

Suatu malam, saat sedang duduk bersama Danu di taman, Tantri tidak bisa menahan diri untuk berbicara tentang Riko.

Tantri: "Danu, aku kadang masih teringat pada Riko. Meskipun hubungan kami berakhir, dia adalah bagian besar dari hidupku."

Danu: "Itu wajar, Tantri. Kenangan adalah bagian dari perjalanan kita. Yang terpenting adalah bagaimana kamu melanjutkan hidup setelahnya."

Mendengar kata-kata Danu, Tantri merasa semakin yakin bahwa dia berada di jalur yang benar. Dia bertekad untuk tidak membiarkan masa lalu menghalangi kebahagiaannya saat ini.

Meskipun Tantri merasa nyaman dengan Danu, dia juga mulai merasakan ketakutan untuk berkomitmen lagi. Dia takut akan mengalami patah hati yang sama seperti yang dia alami dengan Riko.

Tantri: (berbicara pada sahabatnya, Mira) "Mira, aku merasa bingung. Aku menyukai Danu, tetapi aku takut untuk berkomitmen."

Mira: "Tantri, setiap hubungan itu berbeda. Cobalah untuk terbuka dan jangan biarkan ketakutanmu menghalangi kebahagiaanmu."

Tantri memutuskan untuk berbicara dengan Danu tentang perasaannya. Dia merasa penting untuk jujur, agar tidak ada salah paham di antara mereka.

Suatu malam, Tantri mengajak Danu berbicara serius.

Tantri: "Danu, aku ingin jujur tentang perasaanku. Aku menyukaimu, tetapi aku juga merasa takut untuk berkomitmen."

Danu: "Aku menghargai kejujuranmu, Tantri. Aku juga memiliki ketakutan, tetapi aku percaya bahwa kita bisa menghadapinya bersama."

Mereka berdua sepakat untuk saling mendukung dan tidak terburu-buru. Mereka ingin membangun hubungan yang kuat tanpa tekanan dari luar.

Seiring berjalannya waktu, Tantri dan Danu semakin dekat. Mereka melakukan perjalanan bersama ke pantai untuk merayakan ulang tahun Tantri. Di sana, Danu memberikan kejutan yang manis.

Danu: "Tantri, aku ingin memberikan sesuatu untukmu."

Dia mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati.

Tantri: "Wow, ini sangat indah! Terima kasih, Danu!"

Danu: "Aku ingin kamu tahu bahwa aku menghargai setiap momen bersamamu."

Momen itu membuat Tantri merasa semakin yakin akan perasaannya. Dia menyadari bahwa cinta Danu adalah hadiah yang tidak terduga.

Suatu ketika, Tantri bertemu dengan Riko di sebuah acara reuni teman-teman kuliah. Perasaannya campur aduk—senang, canggung, dan sedikit marah.

Tantri: "Riko, sudah lama kita tidak bertemu."

Riko: "Iya, Tantri. Maaf kalau aku membuatmu merasa tidak nyaman saat itu."

Pertemuan ini membuat Tantri merenungkan kembali hubungannya dengan Riko. Dia menyadari bahwa meski ada kenangan indah, dia tidak ingin kembali ke masa lalu.

Setelah pertemuan dengan Riko, Tantri merasa lebih ringan. Dia memutuskan untuk menutup bab itu dalam hidupnya. Dia berbicara dengan Danu tentang perasaannya.

Tantri: "Danu, aku merasa lebih baik setelah bertemu Riko. Aku ingin menutup chapter itu dan fokus pada kita."

Danu: "Aku senang mendengarnya, Tantri. Mari kita bangun masa depan bersama."

Mereka berdua sepakat untuk merencanakan masa depan bersama. Danu mengajak Tantri untuk bersama-sama merencanakan impian mereka.

Danu: "Bagaimana kalau kita merencanakan liburan ke Bali? Kita bisa menjelajahi tempat baru dan membuat kenangan indah."

Tantri: "Itu ide yang bagus! Aku sangat ingin pergi ke sana."

Perencanaan ini membuat Tantri semakin bersemangat untuk menjalani hubungan yang lebih serius dengan Danu.

Setelah melalui berbagai liku-liku, Tantri akhirnya menemukan cinta yang sejati. Dia belajar bahwa cinta tidak selalu harus berakhir dengan pernikahan, tetapi tentang saling menghargai dan mendukung satu sama lain.

Dengan Danu di sisinya, Tantri merasa siap untuk menghadapi masa depan—tidak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Dia telah menemukan kebahagiaan yang baru, dan untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa hidupnya sedang berjalan sesuai dengan apa yang dia impikan.

Tantri tahu bahwa cinta bukan hanya tentang status, tetapi tentang bagaimana dua orang saling melengkapi dan berbagi hidup. Dengan senyuman di wajahnya, Tantri melangkah maju, siap untuk menjelajahi setiap momen berharga dalam hidupnya bersama Danu. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.