24 September 2024

Hantu Yang Selalu Mengikuti Dessy

Hantu Yang Selalu Mengikuti Dessy
Hai Sobat Kumpulan Cerpen Siti Arofah Kali ini aku mau menceritakan sebuah kisah Dessy yang selalu diikuti hantu berwajah penuh luka. Let's check it dots ya Sobats.

Dessy adalah seorang gadis yang dikenal sebagai penakut di desanya. Ia tidak suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan kegelapan dan sering menghindari tempat-tempat sepi. Namun, hidupnya berubah ketika ia mulai melihat sosok misterius—seorang hantu berwajah penuh darah.

Suatu malam, saat Dessy sedang tidur, ia terbangun oleh suara berdesis yang mengerikan. Ketika ia membuka mata, sosok itu berdiri di sudut kamarnya, menatapnya dengan mata kosong yang penuh kesedihan. Dessy menjerit sekeras-kerasnya, dan hantu itu menghilang secepat ia muncul.

Setiap malam setelah kejadian itu, hantu itu kembali. Ia selalu muncul dengan wajah berdarah dan suara lirih yang meminta tolong. “Tolong… bantu aku…” ucap hantu itu, suaranya penuh kepedihan.

Dessy, yang sangat ketakutan, tidak bisa menahan diri. Ia berteriak dan menutupi kepalanya dengan bantal. Setiap kali hantu itu datang, ia merasa semakin tertekan. Kejadian ini mengganggu tidurnya dan membuatnya tidak bisa fokus dalam kehidupan sehari-hari.

Kekasih Dessy, Rian, mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres. Setiap kali Dessy mengunjungi rumahnya, ia tampak lelah dan ketakutan. Rian berusaha menghibur Dessy, tetapi ia merasa bingung saat Dessy selalu menceritakan tentang hantu berdarah itu.

“Dessy, mungkin kita perlu mencari bantuan. Ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus,” kata Rian suatu malam, khawatir akan keadaan Dessy.

“Tapi aku tidak mau! Aku takut, Rian!” Dessy menjawab dengan suara bergetar.

Rian memutuskan untuk mencari cara agar Dessy bisa menghadapi ketakutannya. Ia mengajak Dessy untuk menemui seorang paranormal yang dikenal di desa mereka. “Dia bisa membantumu, Dessy. Kita harus mencoba,” ujarnya meyakinkan.

Dessy merasa ragu, tetapi ia juga ingin mengakhiri siksaan ini. Mereka pergi ke rumah paranormal itu, di mana seorang wanita tua menyambut mereka. Setelah mendengarkan cerita Dessy, wanita itu mengangguk serius.

“Hantu itu mungkin memiliki pesan yang ingin disampaikan. Kamu harus berani mendengarkannya,” katanya.

Malam berikutnya, Dessy kembali didatangi hantu berdarah. Namun kali ini, Rian ada di sampingnya. Dessy menggenggam tangan Rian erat-erat. “Tolong, jangan pergi!” bisiknya.

Hantu itu muncul, wajahnya tetap penuh darah, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Dessy menatapnya dengan penuh rasa takut, tetapi juga rasa ingin tahu. “Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Dessy, suaranya bergetar.

Hantu itu terdiam sejenak sebelum menjawab, “To…long… aku… butuh pertolonganmu.”

Dessy merasa tergerak oleh kesedihan di balik sosok menakutkan itu. “Apa yang terjadi padamu?” tanyanya. Hantu itu mulai bercerita tentang kehidupannya ketika masih hidup—seorang gadis muda yang dibunuh dengan kejam dan tidak mendapatkan keadilan.

“Siapa yang membunuhmu?” Dessy bertanya, merasa terhubung dengan hantu itu.

“Dia… masih ada… di sini,” jawab hantu itu dengan suara yang penuh rasa sakit.

Setelah hantu itu menghilang, Dessy dan Rian merencanakan langkah selanjutnya. Mereka memutuskan untuk menyelidiki masa lalu hantu tersebut, berharap bisa membantu menyelesaikan urusannya yang belum tuntas.

“Mungkin kita bisa mencari tahu siapa yang bertanggung jawab. Dengan begitu, hantu itu bisa tenang,” Rian menyarankan.

Dessy, meski masih ketakutan, merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan teror yang menghantuinya. Mereka mulai mencari informasi di desa, bertanya kepada orang-orang yang mungkin tahu tentang kejadian itu.

Setelah beberapa hari mencari, mereka akhirnya menemukan seseorang yang tahu tentang kisah hantu itu. Seorang nenek tua di desa menceritakan bahwa gadis itu dibunuh oleh mantan pacarnya karena cemburu. “Hatinya tidak pernah tenang sejak saat itu,” katanya.

Dessy merasakan simpati yang mendalam. “Kami harus memberitahu orang-orang tentang ini,” ujarnya dengan tekad.

Malam itu, Dessy kembali didatangi oleh hantu berdarah. “Kau… sudah tahu?” tanya hantu itu, suaranya penuh harap.

“Aku akan membantumu. Kami akan mencari keadilan untukmu,” jawab Dessy dengan tegas. Rian berdiri di sampingnya, memberi dukungan.

Hantu itu tersenyum tipis, meski darah di wajahnya masih terlihat. “Terima kasih…”

Dessy dan Rian memutuskan untuk mengumpulkan bukti dan membawa kasus ini ke pihak berwenang. Mereka berbicara dengan saksi-saksi dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk mendukung cerita hantu itu.

Berkat usaha mereka, kasus tersebut mulai diperhatikan. Dessy merasakan keberanian tumbuh di dalam dirinya, meskipun setiap malam ia masih dihantui oleh hantu tersebut.

Setelah beberapa minggu, berita tentang penangkapan mantan pacar hantu itu memenuhi desa. Dessy merasa lega, tetapi juga sedih karena hantu itu masih tidak bisa pergi. Ia berharap bahwa keadilan yang telah dicapai bisa memberikan ketenangan bagi jiwa yang tersakiti.

Malam itu, Dessy kembali tidur dengan Rian di sampingnya. Tiba-tiba, hantu berdarah muncul sekali lagi, tetapi kali ini, wajahnya terlihat lebih tenang. “Terima kasih…,” bisiknya sebelum menghilang, meninggalkan Dessy dalam keheningan.

Dengan kepergian hantu itu, Dessy merasa beban berat di hatinya menghilang. Ia berterima kasih kepada Rian yang selalu ada di sisinya, mendukungnya melalui ketakutan dan kesedihan.

Dessy belajar bahwa menghadapi ketakutan bisa membawanya pada hal-hal yang lebih besar. Ia kini merasa lebih kuat dan berani, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang mungkin membutuhkan bantuan. Bersama Rian, mereka memulai babak baru dalam hidup mereka, dengan keyakinan bahwa cinta dan keberanian bisa mengatasi segalanya.

Setelah hantu itu pergi, Dessy merasa seperti terlahir kembali. Meskipun pengalaman menakutkan itu meninggalkan bekas, ia bertekad untuk melangkah maju. Bersama Rian, mereka mulai merencanakan masa depan yang lebih cerah.

Dessy memutuskan untuk mengambil kursus dalam bidang psikologi, berharap bisa membantu orang-orang lain yang mengalami trauma serupa. Rian mendukung penuh keputusan Dessy dan bahkan mendaftar untuk kelas yang sama, ingin belajar bersamanya.

Selama proses belajar, Dessy menemukan kekuatannya. Ia berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki latar belakang berbeda, mendengarkan cerita mereka, dan belajar bagaimana mengatasi ketakutan. Setiap sesi diskusi membawa kedamaian bagi Dessy, dan ia merasa semakin percaya diri.

Rian selalu ada di sampingnya, memberikan dorongan dan semangat. Mereka sering berdiskusi tentang pelajaran yang mereka dapatkan, dan ini semakin memperkuat hubungan mereka.

Setelah beberapa bulan, Dessy dan Rian memutuskan untuk kembali ke desa, tempat di mana semuanya dimulai. Mereka ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Dessy merasa penting untuk memberikan dukungan kepada orang-orang yang mungkin masih dihantui oleh ketakutan mereka.

Mereka mengadakan seminar di balai desa, mengundang penduduk untuk datang dan berbagi cerita. Dessy berbicara tentang pengalamannya dengan hantu berdarah dan bagaimana ia berhasil mengatasi ketakutannya.

Seminar itu dihadiri oleh banyak orang, termasuk mereka yang pernah merasakan trauma. Dessy dengan berani berbagi ceritanya, dan Rian selalu berada di sisinya. Banyak yang terharu, dan beberapa bahkan mulai menangis mendengar cerita Dessy.

“Ketakutan itu nyata, tetapi kita tidak perlu menghadapinya sendirian. Kita bisa saling mendukung,” ucap Dessy dengan tulus. “Jangan biarkan ketakutan mengendalikan hidup kita. Kita bisa mengubahnya menjadi kekuatan.”

Setelah seminar, Dessy dan Rian berkeliling desa, berbicara dengan penduduk. Mereka menemukan bahwa banyak dari mereka yang merasakan ketakutan dan kesedihan, tetapi mereka tidak tahu cara untuk menghadapinya. Dessy berjanji untuk membantu mereka, dan perlahan-lahan, desa itu mulai bangkit.

Suatu hari, saat Dessy berjalan-jalan di desa, ia melihat sosok yang dikenalnya—nenek yang pernah memberitahu mereka tentang hantu berdarah. Nenek itu tersenyum dan mendekat. “Aku sangat bangga padamu, Dessy. Kamu telah melakukan perubahan yang luar biasa di sini.”

Dessy merasa terharu. “Terima kasih, Nek. Ini semua berkat dukungan Rian dan orang-orang di desa.”

Meskipun Dessy merasa lebih kuat, ia tahu ada satu hal yang belum terselesaikan—menghadapi kembali tempat di mana hantu itu muncul. Suatu malam, Dessy dan Rian pergi ke rumahnya yang lama.

Saat mereka tiba, suasana terasa mencekam. Dessy merasakan getaran aneh di sekelilingnya, tetapi ia berusaha untuk tidak mundur. “Kita harus melakukannya, Rian. Ini bagian dari penyembuhan,” ucapnya, bertekad.

Mereka memasuki rumah itu dan Dessy merasakan kenangan berkelebat di pikirannya. Ia menutup mata sejenak, mengingat semua yang terjadi. “Aku tidak takut lagi,” bisiknya.

Saat Dessy berdiri di tempat di mana hantu berdarah pertama kali muncul, ia merasakan kehadiran yang familiar. Dengan suara lembut, ia berkata, “Aku sudah mendengarkan ceritamu. Keadilan telah ditegakkan.”

Tiba-tiba, sosok hantu itu muncul di hadapannya. Namun kali ini, wajah hantu itu tidak lagi menakutkan. Wajahnya terlihat lebih tenang, dan darah di wajahnya mulai memudar. “Terima kasih…,” suara hantu itu lirih, tetapi penuh rasa syukur.

Dessy merasa lega. Ia mengulurkan tangan, dan hantu itu menghilang, meninggalkan rasa damai di dalam hati Dessy. “Selamat tinggal,” ucapnya dengan penuh harapan.

Setelah pertemuan itu, Dessy dan Rian kembali ke desa dengan perasaan bahagia. Mereka tahu bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang berarti. Dessy merasa bahwa ia telah menutup babak lama dan membuka lembaran baru dalam hidupnya.

Bersama Rian, Dessy melanjutkan pendidikan dan menjadi seorang konselor. Ia ingin membantu lebih banyak orang yang mengalami trauma dan ketakutan, agar mereka bisa menemukan jalan menuju pemulihan.

Beberapa tahun kemudian, Dessy dan Rian menikah dengan bahagia. Mereka membangun keluarga yang penuh cinta dan saling mendukung. Dessy terus membantu orang lain melalui pekerjaannya, dan setiap kali ia membantu seseorang, ia merasa bahwa ia juga membantu dirinya sendiri.

Dessy tahu bahwa perjalanan hidupnya tidak selalu mudah, tetapi dengan cinta dan keberanian, ia bisa mengatasi segala rintangan. Ia bertekad untuk terus memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya, membagikan kisahnya sebagai pengingat bahwa kegelapan dapat dihadapi dengan cahaya cinta dan keberanian. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.