26 Agustus 2024

Pertarungan Cinta dan Ketergantungan : Cerita Menyentuh tentang Menyelamatkan Sang Kekasih dari Narkoba

Dengan hati berdebar, Siti melangkah masuk ke dalam kamar apartemen kekasihnya, Reza. Sesuatu yang tidak beres telah terjadi, dan Siti merasa khawatir setengah mati.

"Reza? Kau di dalam?" Siti memanggil dengan suara gemetar.

Tak ada jawaban. Siti pun semakin panik dan segera mencari Reza.

Saat membuka pintu kamar, Siti terkesiap. Reza terbaring tak sadarkan diri di lantai, dengan botol obat-obata berserakan di sekitarnya.

"Ya Tuhan, Reza!" Siti menjerit histeris, segera menghampiri dan mengguncang tubuh Reza.

Dengan tangan gemetar, Siti berusaha membangunkan Reza. Namun, tak ada respon. Wajah Reza pucat pasi, napasnya lemah.

"Reza, kumohon, bangun! Jangan tinggalkan aku!" isak Siti putus asa.

Dengan panik, Siti segera menghubungi nomor darurat. Setelah memberikan informasi yang dibutuhkan, Siti kembali menatap nanar ke arah Reza.

"Kumohon, bertahanlah, Reza. Aku akan selalu ada untukmu," gumam Siti di sela-sela tangisnya.

Tak lama kemudian, terdengar suara sirine ambulans. Siti segera membuka pintu dan memandu tim medis menuju ke kamar Reza.

"Pasien overdosis obat-obatan. Cepat, tolong dia!" pinta Siti dengan wajah penuh kekhawatiran.

Para medis segera menangani Reza dengan cekatan. Siti hanya bisa menatap nanar, berharap Reza akan selamat.

Ketika Reza dibawa ke rumah sakit, Siti mengenggam erat tangannya. Air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya.

"Reza, kumohon, jangan menyerah. Aku ada di sini untukmu. Aku tidak akan meninggalkanmu," bisik Siti dengan suara parau.

Siti tahu, perjalanan panjang akan dimulai. Ia harus mencoba sekuat tenaga untuk menyelamatkan Reza dari cengkeraman narkoba. Apapun yang terjadi, Siti akan tetap berada di sampingnya, menjadi cahaya di tengah kegelapan.

Perlahan, Reza membuka matanya. Pandangannya masih kabur, namun ia dapat melihat sosok Siti yang duduk di sisi ranjangnya, wajahnya penuh dengan gurat kekhawatiran.

"S-Siti..." Reza berbisik dengan suara lemah.

Siti langsung mengenggam erat tangan Reza, air mata membasahi pipinya.

"Ya, Reza, ini aku. Syukurlah kau sudah sadar," ujar Siti dengan nada lega bercampur kesedihan.

Reza menatap Siti dengan pandangan bersalah. Ia menyadari apa yang telah ia lakukan dan betapa menyakitkan bagi Siti.

"Maafkan aku, Siti. Aku... aku tidak tahu harus bagaimana lagi," ujar Reza dengan suara bergetar.

"Sshhh, tidak apa-apa. Yang penting sekarang kau sudah selamat," Siti berusaha menenangkan Reza sambil mengusap lembut pipinya.

Reza menutup matanya erat, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Aku... aku pecandu narkoba, Siti. Aku tak bisa menghentikannya. Aku takut kau akan meninggalkanku," bisiknya penuh keputusasaan.

Siti terdiam sejenak, lalu menatap Reza dengan sorot mata penuh keyakinan.

"Reza, dengarkan aku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kita akan berjuang bersama-sama untuk menghadapi ini. Aku akan selalu ada di sampingmu, apapun yang terjadi," ujar Siti dengan tegas.

Reza membuka matanya, menatap Siti tak percaya. Ia bisa melihat kesungguhan dan cinta yang terpancar dari wajah Siti.

"Siti... terima kasih. Aku... aku tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu," ucap Reza lirih.

Siti tersenyum lembut, lalu mengecup kening Reza dengan penuh kasih sayang.

"Kau hanya perlu berjuang untuk sembuh, Reza. Itu sudah lebih dari cukup bagiku," bisik Siti.

Reza merasakan setitik harapan kembali menyala di dalam hatinya. Dengan Siti di sisinya, mungkin ia bisa melalui semua ini. Bersama-sama, mereka akan menghadapi apapun yang datang.