26 Agustus 2024

Duka Tomy, Ditinggalkan Keluarga Karena Kanker Darah

Tomy, seorang pemuda berusia 25 tahun, terbaring lemah di rumah sakit. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya kurus kering, tapi ia terus berjuang melawan kanker darah yang telah menggerogoti tubuhnya selama bertahun-tahun.

"Aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan lagi," Tomy berkata dengan suara lemah. "Ini terlalu berat. Aku merindukan keluargaku."

Ibunya, yang selama ini selalu menemaninya, kini telah pergi. Ia tidak sanggup melihat penderitaan putranya lebih lama lagi. Ayahnya pun menyerah, memilih untuk mengasingkan diri.
"Kenapa mereka meninggalkanku di saat aku membutuhkan mereka?" Tomy bertanya di antara isaknya. "Aku sendirian. Tidak ada yang peduli lagi padaku."

Suster yang merawatnya berusaha menenangkan Tomy. "Jangan menyerah, Nak. Kau harus tetap berjuang. Keluargamu pasti akan kembali jika mereka melihat perjuanganmu."

Namun Tomy hanya menggelengkan kepala, air mata membasahi pipinya. "Aku sudah lelah. Mungkin memang sudah waktunya bagiku untuk pergi."

Awalnya, Tomy hanya menggelengkan kepala dengan putus asa. Air mata membasahi pipinya saat ia berkata, "Aku sudah lelah. Mungkin memang sudah waktunya bagiku untuk pergi."

Dengan air mata membasahi pipinya, Tomy terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Kanker darah yang dideritanya telah merenggut harapannya, satu per satu. Suster Dina, dengan sendu di wajahnya, mendekati Tomy dan menggenggam tangannya yang kurus.

Suster Dina: "Tomy, nak, bagaimana perasaanmu hari ini? Aku tahu ini sangat berat bagimu."

Tomy (dengan suara parau): "Suster... aku sudah lelah. Aku ingin semua ini segera berakhir. Keluargaku... mereka meninggalkanku sendiri."

Suster Dina (menahan tangis): "Jangan berkata begitu, Tomy. Kau harus tetap berjuang. Aku ada di sini untukmu, selalu."

Tomy (air mata mengalir di pipinya): "Tapi, suster... aku tak sanggup lagi. Aku sendirian, tanpa keluargaku. Mereka... mereka tak peduli lagi padaku."

Suster Dina (memeluk Tomy): "Ssh... Jangan menyerah, Tomy. Aku berjanji akan selalu di sampingmu, menemanimu dalam perjuanganmu. Kau tidak sendiri, nak. Aku akan selalu ada untukmu."

Namun, ketika suster itu berusaha menenangkannya dan berkata "Jangan menyerah, Nak. Kau harus tetap berjuang. Keluargamu pasti akan kembali jika mereka melihat perjuanganmu," Tomy sempat tergerak hatinya.
Ia menatap suster itu dengan tatapan penuh harap, seakan-akan mencari secercah cahaya di tengah keputusasaannya. "Benarkah?" tanyanya dengan suara parau. "Apa kau yakin keluargaku akan kembali?"

Suster itu mengangguk mantap. "Ya, Nak. Mereka pasti akan melihat kuatnya semangat juangmu dan kembali untuk mendukungmu. Jadi jangan menyerah, teruslah berjuang."

Mendengar kata-kata penyemangat itu, Tomy mulai merasa ada secercah harapan yang muncul dalam dirinya. Walau tubuhnya masih lemah, ada tekad baru yang mulai tumbuh di hatinya untuk terus melawan penyakitnya.