26 Juni 2009

Sang Nahkoda Sebuah Bahtera Hidup

Karawang, Kumpulan Cerpen Siti Arofah.Pernikahan adalah suatu moment paling membahagiakan bagi siapapun. Meski hanya sekedar mendengar bahwa si A telah menikah, ada seberkas cahaya kebahagiaan dari si pendengar berita itu. Baik yang menikah, dan kerabatnya pun semua turut berbahagia. Yang menikah berharap pasangannya adalah teman yang menemani di sepanjang sisa hidupnya yang mau berbagi kasih, menghibur duka dan menganggap pasangannya adalah tulang rusuknya yang hilang.

Awal pernikahan adalah masa-masa emas kebahagiaan yang tiada berperi. Itulah syurga dunia yang telah Tuhan berikan kepada para hambanya. Mereka berdua saling memadu kasih, bercumbu mesra tanpa ada rasa malu lagi. Keduanya saling menikmati indahnya setiap detik di peraduan serasa berada dalam sebuah istana yang dinaungi sebuah cinta nan suci. Ritual yang tadinya haram, kini telah halal setelah mereka resmi menjadi sepasang suami istri, bahkan adalah ibadah bila diniatkan dengan ikhlas kepada Illahi.

Kata-kata yang diucap bagaikan harumnya bunga-bunga yang tumbuh liar di pegunungan yang sejuk dan damai. Belaian lembut sang kekasih yang dirindukan bagi setiap insan di seluruh jagad ini adalah lukisan bagi sepasang pengantin yang baru menikah. Senyuman-senyuman kecil yang menggetarkan jiwa membuat ingin bersama selalu terbang mengarungi luasnya cakrawala bumi ini. Jika sang suami dirundung duka, istrilah yang bisa menghiburnya. Jika sang suami berbahagia, justru istrilah yang meneteskan air mata kebahagiaan. Mungkin keduanya masih sama-sama malu untuk menunjukkan kekurangannya.

Tidakkah semua ini harusnya terjaga sampai maut memisahkan ? Tidakkah semua ini yang dirindukan bagi hamba-hamba Nya ? Telah banyak kudengar pengalaman dari beberapa teman. Di jaman sekarang ini ada sedikit sekali rumah tangga yang didalamnya tumbuh tanpa adanya pertengkaran. Entah itu pertengkaran kecil, ataupun bisa juga hingga meluas menjadi pertengkaran hebat nan sengit. Pertengkaran yang membawa malapetaka rumah tangga itu, dimana Syetan-Syetan bersorak riang menandai kemenangannya.

Pertengkaran memang bukan jalan terbaik bagi mereka. Terkadang pertengkaran bisa saja melukai phisik sang istri, bahkan berujung maut ! Namun pertengkaran juga banyak yang tanpa melukai phisik atau tanpa kekerasan. Meski pertengkaran tanpa kekerasan tak melukai anggota tubuh, namun siapa yang bisa menambal luka hati yang harus butuh waktu yang cukup lama untuk dapat melupakannya. Terlebih, biasanya sang istrilah yang paling merasa terluka hatinya.

Betapa meruginya sang suami, yang tega mencaci maki istrinya. Apakah tak pernah terpikir, apakah ia dapat mencaci orang lain selain istrinya ? padahal orang lain itu statusnya adalah temannya yang hanya bisa bertemu hanya dalam beberapa masa saja, yang dimasa yang lain ia akan berpisah dan bertemu dengan teman baru lainnya. Sedang istrinya adalah teman hidupnya yang mendampinginya di sepanjang hidupnya. Bila hati sang istri telah terluka, maka luka itu kan dibawa sepanjang hidupnya kelak. Entah sampai kapan ia mampu melupakannya.

Betapa bodohnya sang suami, yang mau berselingkuh dengan seorang wanita, padahal istrinya selalu menjaga kesuciannya. Laki-laki itu tergoda pada seseorang yang memiliki sifat dan karakter yang tidak dimiliki oleh istrinya. Padahal sungguh ia bukan tergoda karena sifat yang tidak dimiliki oleh sang istri, tetapi hawa nafsu-nyalah yang menggoda dirinya untuk berselingkuh. Padahal teramat nyatalah dosa bagi seseorang yang melakukan perselingkuhan tersebut, dirajam sampai mati !

Betapa kejamnya sang suami, yang tega meninggalkan sang istri, pergi menikahi gadis lain setelah ia mendapatkan rizki yang besar dan tiba-tiba. Padahal istrinya dengan setia mau hidup bersamanya meski pendapatan sang suami hanya pas-pasan. Bahkan sang istri rela bekerja keras untuk meringankan beban suaminya. Di saat kepergiannya sang istri hanya menatapnya hampa sambil berurai air mata.

Betapa Ironisnya, sang suami yang telah lama menjadi pengangguran setelah di PHK beberapa tahun lamanya, tiba-tiba secara diam-diam ia menikahi janda muda tetangga karibnya. Padahal sang istri telah ikhlas memilih kerja guna menutupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Sang istri hanya bisa menangis kenapa suaminya tega berbuat demikian.

Telah banyak deretan-deretan kisah memilukan dalam sebuah pernikahan. Namun dibalik itu, Tuhan masih memberikan rahmatnya. Ada beberapa rumah tangga yang tak pernah diliputi oleh ketidak cocokan sedikitpun. Mereka mampu menyikapi ketidak samaan diantara mereka dengan saling melengkapi satu dengan lainnya.

Betapa bahagianya sang istri, bila sang suami tak pernah marah sedikitpun kepadanya. Semua ucapannya tak pernah menyakitinya. Bila ada yang dirasa tidak cocok, mereka saling tersenyum atau memberi isyarat dengan gurauan-gurauan kecil. "Pasanganku adalah seseorang yang Tuhan titipkan padaku, jadi jagalah dia dan jangan sakiti hatinya" begitulah prinsip mereka.

Ada juga yang mengaku kalau sang suami selalu mensupport sang istri untuk selalu berbahagia akan apa yang selalu didapatkannya dalam hidup ini. Pernikahan mereka tumbuh bersemi indah bagai rumput-rumput yang selalu dijaga keindahan dan kebersihannya.

Disinilah arti pentingnya peranan seorang suami dalam me-nahkoda-i bahtera hidup ini. Sebaik-baik laki-laki adalah bagaimana ia memperlakukan istrinya dengan sebaik-baiknya.