11 September 2024

Lelah Di Penantian Panjang

Loly adalah seorang mahasiswi yang ceria dan penuh semangat. Di kampusnya, ia dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul. Namun, di balik senyumannya, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya: ia belum pernah memiliki kekasih.

Sejak kecil, Loly selalu membayangkan cinta pertamanya—sebuah kisah romantis yang penuh warna. Namun, entah mengapa, semua itu hanya menjadi mimpi. Selama kuliah, ia menyaksikan teman-temannya menjalin hubungan, sementara ia hanya bisa tersenyum melihat mereka bahagia.

Dengan waktu yang tersisa sebelum lulus, Loly memutuskan untuk fokus pada pendidikannya. Ia mengambil berbagai kegiatan di kampus, mulai dari organisasi hingga seminar. Loly ingin memastikan bahwa ia lulus dengan baik dan mendapatkan pekerjaan yang diimpikannya.

Meski demikian, di setiap acara, Loly tak bisa menghindari rasa kesepian yang kadang menghampirinya. Ia sering melihat pasangan-pasangan yang saling mendukung, dan hatinya bertanya-tanya, "Kapan giliranku?"

Suatu sore, saat Loly sedang membaca buku di taman kampus, seorang pemuda bernama Arif duduk di sebelahnya. Mereka mulai berbincang dan menemukan banyak kesamaan. Arif juga seorang mahasiswa yang mencintai sastra, dan mereka segera menjadi teman baik.

Loly merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Arif. Ia menikmati setiap momen bersama, tetapi ia pun tahu bahwa itu hanya persahabatan. Meski begitu, Loly tidak bisa menahan harapannya.

Beberapa bulan berlalu, dan Loly mulai merasakan ketertarikan yang lebih dalam terhadap Arif. Namun, ia ragu untuk mengungkapkannya. Suatu hari, Arif mengajak Loly untuk menghadiri acara di kampus. Di sana, ia melihat Arif bersama seorang gadis lain, tertawa dan bercanda.

Hati Loly hancur seketika. Ia merasa seperti selalu terjebak dalam penantian yang tidak berujung. Dengan perasaan campur aduk, Loly memutuskan untuk menjauh dari Arif.

Setelah kejadian itu, Loly memfokuskan diri kembali pada kuliah dan apa yang ia cintai. Ia mulai menulis puisi dan cerpen, menyalurkan semua emosinya ke dalam karya-karyanya. Menulis memberinya ketenangan dan membantu meredakan rasa sakitnya.

Loly juga mulai bergaul lebih banyak dengan teman-teman lain dan terlibat dalam kegiatan sosial. Ia belajar bahwa cinta bukan satu-satunya hal yang membuat hidup berarti.

Akhirnya, setelah berjuang keras, Loly lulus dengan hasil yang memuaskan. Di hari wisudanya, ia merasakan campuran bahagia dan haru. Meski tanpa kekasih, ia merasa bangga bisa mencapai impiannya.

Di pesta wisuda, ia bertemu dengan Arif lagi. Mereka saling tersenyum dan berbincang, dan Loly merasakan suatu kehangatan yang telah lama hilang. Arif memberi Loly ucapan selamat dan mengungkapkan rasa kagumnya terhadap tulisan-tulisan Loly.

Beberapa bulan setelah lulus, Loly berkesempatan untuk mengikuti workshop menulis. Di sana, ia bertemu dengan banyak penulis muda, termasuk seorang pria bernama Dika. Dika memiliki cara berpikir yang unik dan cara bercerita yang memikat.

Loly merasakan ketertarikan yang sama sekali berbeda. Ia tidak ingin terburu-buru, tetapi perasaan itu tumbuh perlahan. Dika menghargai karya-karya Loly dan mereka mulai berkolaborasi dalam proyek menulis.

Seiring waktu, Loly dan Dika semakin dekat. Mereka berbagi impian, harapan, dan rasa cinta yang tulus. Loly menyadari bahwa penantian yang panjang itu bukanlah suatu kebetulan, tetapi persiapan untuk sesuatu yang indah.

Suatu malam yang tenang, Dika mengajak Loly ke tempat favoritnya—sebuah taman yang dipenuhi dengan cahaya lampu. Di sana, Dika mengungkapkan perasaannya. "Loly, aku telah menunggu momen ini. Aku ingin bersamamu."

Loly tersenyum, air matanya menetes bahagia. "Aku juga, Dika. Setelah penantian yang panjang, aku akhirnya menemukan seseorang yang tepat."

Cinta yang selama ini diimpikannya kini menjadi kenyataan. Loly tahu bahwa setiap langkah dalam penantiannya membawanya menuju cinta sejatinya—sebuah perjalanan yang indah dan penuh makna.

Setelah pernyataan cinta itu, Loly dan Dika mulai menjalin hubungan yang penuh warna. Mereka berbagi momen-momen kecil yang membuat mereka semakin dekat, dari jalan-jalan di taman hingga menghabiskan waktu bersama di kafe favorit mereka. Loly merasa hidupnya semakin lengkap dengan kehadiran Dika.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Loly tidak bisa menghindari rasa cemas. Ia masih ingat betapa sulitnya menunggu cinta, dan ia khawatir apakah hubungan ini akan bertahan. Dika, yang menyadari perasaan Loly, selalu berusaha meyakinkannya.

"Jangan khawatir, Loly. Aku di sini untukmu. Kita akan melewati semuanya bersama," kata Dika, menggenggam tangan Loly dengan lembut.

Sebulan berlalu, dan hubungan mereka semakin kuat. Namun, suatu hari, Loly menerima kabar bahwa Dika harus pindah ke kota lain untuk pekerjaan. Hatinya terasa berat mendengar berita itu.

"Bagaimana dengan kita, Dika?" tanyanya, suara bergetar.

Dika tersenyum lembut. "Aku tidak ingin meninggalkanmu. Kita bisa mencoba hubungan jarak jauh. Aku percaya kita bisa melakukannya."

Loly merasa ragu, tetapi ia tahu Dika benar-benar ingin bertahan. Setelah berdiskusi panjang, mereka memutuskan untuk mencoba. "Kita akan saling mendukung, bukan?" Loly bertanya.

"Tentu saja," jawab Dika dengan penuh keyakinan.

Minggu-minggu berlalu, dan hubungan jarak jauh itu ternyata tidak mudah. Loly merindukan Dika setiap hari, dan kadang-kadang merasa kesepian. Mereka melakukan video call seminggu sekali, tetapi itu tidak pernah cukup.

Suatu malam, Loly merasa putus asa. Ia duduk di meja tulisnya, menulis puisi tentang kerinduan. Dalam puisi itu, ia mengekspresikan semua rasa hatinya—cinta, harapan, dan ketakutan yang menggerogoti.

Setelah beberapa bulan, Dika berhasil kembali ke kota untuk akhir pekan. Mereka merencanakan untuk bertemu di taman tempat mereka pertama kali menghabiskan waktu bersama. Loly merasakan kegembiraan yang luar biasa saat melihat Dika mendekat.

"Rindu kamu," kata Dika, memeluk Loly erat.

Loly merasa hangat, seolah semua beban di hatinya terangkat. Mereka menghabiskan waktu berdua, berbagi cerita dan tawa. Namun, Loly tidak bisa mengabaikan perasaan cemas yang muncul kembali.

Saat Dika akan kembali ke kota tempat ia bekerja, Loly merasa hatinya berat. Mereka berdiskusi tentang hubungan mereka, dan Loly mengungkapkan ketakutannya. "Apakah kita benar-benar bisa bertahan dalam hubungan jarak jauh ini?"

Dika mengangguk. "Kita harus saling percaya. Aku berjanji akan berusaha sekuat tenaga. Kita bisa merencanakan kunjungan lebih sering."

Loly mengangguk, tetapi rasa ragu masih menghantui pikirannya. "Aku ingin percaya, Dika, tapi aku juga tidak ingin terluka."

Setelah kembali ke kota, Loly merenungkan semua yang telah terjadi. Ia menyadari bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang komitmen dan kerja keras. Ia mulai menulis lebih banyak, mengekspresikan perasaannya dalam bentuk karya.

Suatu pagi, Loly menerima pesan dari Dika. "Aku sedang merencanakan sesuatu untuk kita. Tunggu sebentar, ya?"

Loly merasa penasaran dan bersemangat. Beberapa hari kemudian, Dika mengirimkan undangan untuk acara di kota tempat tinggalnya. "Aku ingin kamu datang. Ini akan menjadi momen penting."

Hari yang ditunggu pun tiba. Loly melakukan perjalanan ke kota Dika, penuh harapan dan rasa cemas. Saat tiba, Dika menyambutnya dengan senyuman lebar. "Aku senang kamu bisa datang!"

Acara berlangsung meriah, dan di tengah keramaian, Dika menarik Loly ke tempat yang lebih tenang. "Aku ingin menunjukkan sesuatu," katanya, sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku.

Dengan penuh ketegangan, Dika membuka kotak itu dan mengeluarkan cincin. "Loly, aku mencintaimu lebih dari yang bisa aku ungkapkan. Maukah kamu menjadi kekasihku selamanya?"

Air mata kebahagiaan mengalir di wajah Loly. "Ya, Dika! Aku mau!"

Mereka berpelukan, merasakan cinta yang telah teruji oleh waktu dan jarak. Loly tahu bahwa penantiannya selama ini tidak sia-sia. Cinta sejatinya kini ada di sampingnya, dan bersama Dika, ia siap untuk menatap masa depan yang penuh harapan dan kebahagiaan. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.