10 September 2024

Bahagia Dito Yang Tak Terduga

Di sebuah kota kecil, Dito adalah seorang anak berusia sebelas tahun yang baru saja kehilangan ibunya. Kehilangan itu datang dengan cepat, seperti badai yang merobek ketenangan hidupnya. Setiap sudut rumahnya dipenuhi kenangan bersama ibunya—senyuman hangat saat sarapan, tawa riang saat bermain di taman, dan pelukan yang selalu bisa menghapus kesedihan.

Ayah Dito, setelah berbulan-bulan berduka, memutuskan untuk menikah lagi. Dito merasa campur aduk; di satu sisi, ia merindukan ibunya, tetapi di sisi lain, ia juga menginginkan kebahagiaan ayahnya.

Ketika ayahnya memperkenalkan wanita baru itu, Dito merasa cemas. Namun, pertemuannya dengan Ibu Maya, ibu tirinya, ternyata membawa angin segar. Ibu Maya tidak pernah berusaha menggantikan posisi ibunya; ia hanya ingin menjadi teman dan pendukung.

Ibu Maya selalu memperhatikan Dito. Ia membuatkan sarapan yang enak, mengajaknya berbicara tentang sekolah, dan bahkan menemani Dito bermain basket di halaman. Perlahan, Dito merasakan kehangatan yang ia kira telah hilang selamanya.

Suatu sore, Dito mengamati Ibu Maya sedang merawat tanaman di halaman. Ia melihat betapa sabarnya Ibu Maya merawat setiap daun dan bunga. “Ibu, kenapa Ibu mencintai tanaman ini?” tanya Dito.

“Karena mereka butuh perhatian dan cinta untuk tumbuh, sama seperti kita,” jawab Ibu Maya dengan senyuman. Dito merenungkan jawaban itu. Ia mulai menyadari bahwa cinta tidak terbatas; ia bisa mencintai dua sosok yang berbeda di dalam hidupnya.

Seiring waktu, Dito belajar untuk menemukan keseimbangan antara kenangan akan ibunya dan cinta untuk Ibu Maya. Ia mulai mengajak Ibu Maya untuk mengenang ibunya dengan cara yang indah, seperti memasak resep favorit ibunya bersama-sama.

Momen-momen itu membuat Dito merasa seolah ibunya selalu ada di sana, menyaksikan kebahagiaan mereka. Ia bahkan merasa bersyukur, karena Ibu Maya membantunya mengingat dan merayakan cinta yang telah ada sebelumnya.

Hari-hari berlalu, dan Dito semakin dekat dengan Ibu Maya. Mereka berdua menjadi tim yang tak terpisahkan. Pada hari ulang tahun Dito, Ibu Maya memberikan kejutan dengan mengundang teman-temannya dan menyiapkan pesta kecil di rumah.

Di tengah perayaan, Dito berdiri dan mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maya. “Aku tahu Ibu tidak akan pernah menggantikan Ibu kandungku, tapi aku bersyukur kita memiliki satu sama lain. Cinta kita tidak akan pernah saling menghapus.”

Ibu Maya mengelus kepala Dito, menahan air mata bahagia. “Cinta itu tidak terbatas, Nak. Kita bisa mencintai lebih dari satu orang di dalam hidup kita.”

Dito tumbuh menjadi remaja yang penuh kasih. Ia belajar bahwa kehilangan tidak berarti akhir, dan cinta bisa datang dalam berbagai bentuk. Bersama Ibu Maya dan ayahnya, Dito menemukan kebahagiaan baru, merayakan kenangan indah sambil terus menantikan masa depan yang cerah.

Dito memahami bahwa meskipun ibunya telah tiada, cinta dan kenangan itu akan selalu hidup di dalam hatinya, dan Ibu Maya akan selamanya menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

Seiring berjalannya waktu, Dito mulai memasuki masa remaja. Di sekolah, ia menghadapi tantangan baru—tekanan teman sebaya, ujian yang semakin sulit, dan perasaan cemas yang tak terduga. Saat malam tiba, Dito sering merenung, terjebak dalam pikirannya sendiri.

Suatu malam, ketika Dito merasa terpuruk, ia pergi ke taman. Ia duduk di bangku yang biasa ia gunakan bersama ibunya. Kenangan itu kembali, dan ia merindukan pelukan hangat ibunya. Namun, saat itu juga, ia teringat akan Ibu Maya yang selalu ada untuknya.

Keesokan harinya, Dito memberanikan diri untuk berbicara dengan Ibu Maya tentang perasaannya. “Ibu, kadang aku merasa kesepian meskipun ada ayah dan Ibu. Aku rindu Ibu kandungku.”

Ibu Maya mendengarkan dengan penuh perhatian. “Itu wajar, Dito. Rindu itu adalah bagian dari mencintai. Kita bisa mengenang Ibumu bersama, dan aku di sini untuk mendukungmu.”

Mendengar kata-kata Ibu Maya, Dito merasa lega. Mereka menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita tentang ibu kandungnya, dan Ibu Maya dengan sabar mendengarkan setiap kenangan yang Dito ceritakan.

Ibu Maya mengajak Dito untuk mencoba kegiatan baru—berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. “Cobalah untuk membantu orang lain, Dito. Terkadang, memberi bisa membuat kita merasa lebih baik,” katanya.

Dito mendaftar untuk menjadi relawan di panti asuhan. Awalnya, ia merasa canggung, tetapi saat melihat senyum anak-anak di sana, hatinya mulai hangat. Ia berinteraksi dengan mereka, bermain, dan bahkan membantu mengajar.

Selama menjalani kegiatan relawan, Dito menemukan sisi baru dari dirinya. Ia merasa lebih percaya diri dan bahagia. Setiap senyuman anak-anak di panti asuhan mengingatkannya pada kebahagiaan yang pernah ia rasakan bersama ibunya.

Dalam satu kesempatan, Dito bertemu dengan seorang anak bernama Rina. Rina adalah anak yang ceria meskipun hidup dalam keadaan sulit. Ia mengingatkan Dito pada semangat hidup yang ia pelajari dari ibunya.

Suatu hari, Dito mendapat kabar bahwa Rina sakit. Dito merasa cemas dan ingin membantu, tetapi rasa takut menguasai dirinya. Ia tidak ingin kehilangan seseorang lagi. Setelah berdiskusi dengan Ibu Maya, Dito memutuskan untuk mengunjungi Rina.

Saat di rumah sakit, Dito melihat Rina terbaring lemah. Dengan berani, ia menggenggam tangan Rina dan berkata, “Kau kuat, Rina. Kita akan melalui ini bersama.”

Rina tersenyum lemah. “Terima kasih, Dito. Aku merasa lebih baik jika ada teman di sampingku.”

Setelah beberapa minggu, Rina perlahan-lahan pulih. Dito menyadari bahwa cinta dan dukungan dapat membantu orang-orang melalui masa sulit. Ia belajar bahwa meskipun hidup tidak selalu mudah, ada kekuatan dalam berbagi cinta dan pengalaman.

Dito kembali ke panti asuhan dengan semangat baru. Ia bertekad untuk terus membantu anak-anak di sana, serta menjaga kenangan indah bersama ibunya dan Ibu Maya.

Dito kini tumbuh menjadi remaja yang lebih matang dan berempati. Ia menyadari bahwa cinta tidak terbatas hanya pada satu sosok, melainkan bisa meliputi banyak orang dalam hidupnya. Bersama Ibu Maya dan ayahnya, Dito menciptakan keluarga yang penuh cinta, saling mendukung satu sama lain.

Mereka merayakan setiap momen, baik suka maupun duka. Dito tahu, meskipun ada kehilangan, ada juga harapan dan cinta yang selalu bisa ditemukan. Ia siap menghadapi masa depan dengan keyakinan, berkat cinta dari kedua ibunya. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.