26 Agustus 2024

Ketika Tanda Wanita Menyukai Laki-laki Memimpin Mulyana Menuju Jalan Cinta

 Mulyana, seorang pemuda yang sering menghabiskan waktunya berselancar di media sosial, satu hari membaca sebuah artikel tentang tanda-tanda seorang wanita menyukai seorang pria. Ia membaca dengan seksama, mencoba memahami setiap poin yang tertulis.

"Hmm, tanda-tanda seperti ini ya? Mencuri-curi pandang, selalu ingin dekat, dan tersenyum manis saat berbicara," gumam Mulyana sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Tiba-tiba, wajah Firda, teman sekelas Mulyana, muncul dalam benaknya. Mulyana terdiam, mencoba mengingat-ingat interaksi mereka selama ini.

"Tunggu dulu... Firda selalu tersenyum manis saat berbicara denganku. Dan dia juga sering mencuri-curi pandang ke arahku. Jangan-jangan..." Mulyana terkesiap.

Dengan perasaan berdebar, Mulyana bergegas menemui Firda di kantin sekolah. Firda sedang duduk sendirian, memainkan ponselnya.

"Hai, Firda," sapa Mulyana gugup.

Firda mendongak dan seketika wajahnya bersemu merah. "Oh, hai Mulyana. Ada apa?"

"Anu... Boleh aku duduk di sini?" tanya Mulyana.

"Tentu saja, silakan," jawab Firda dengan senyum manis.

Mulyana pun duduk di hadapan Firda, jantungnya berdegup kencang. Ia menarik napas panjang sebelum memberanikan diri berbicara.

"Firda, apa kau... Apa kau menyukaiku?" tanya Mulyana hati-hati.

Firda terlihat kaget, matanya membulat lebar. "A-apa? Apa yang kau..."

"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman. Tapi akhir-akhir ini aku merasa ada yang berbeda denganmu... Kau selalu tersenyum manis saat berbicara denganku, dan kau juga sering mencuri-curi pandang ke arahku," jelas Mulyana.

Firda menundukkan wajahnya, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Iya, Mulyana... Aku memang menyukaimu. Sejak lama."

Mulyana terkejut mendengar pengakuan Firda. Ia tak menyangka perasaannya selama ini terbalas. Tanpa sadar, ia menggenggam tangan Firda yang gemetar.

"Firda... Aku juga... Aku juga menyukaimu," ujar Mulyana lirih.

Firda mendongak, menatap Mulyana dengan mata berkaca-kaca. "Be-benarkah? Kau juga menyukaiku?"

Mulyana mengangguk pelan, lalu tersenyum lebar. "Ya, Firda. Aku menyukaimu."

Air mata bahagia mengalir di pipi Firda. Ia pun langsung memeluk Mulyana erat, begitu pula sebaliknya. Mereka berdua tak bisa menyembunyikan rasa syukur dan bahagia yang membuncah di dada.

Setelah lama berpelukan, Firda menatap Mulyana dengan pandangan penuh cinta. "Mulyana, maukah kau... Menjadi pacarkupacarku?"

Mulyana terkekeh pelan, lalu mengecup lembut kening Firda. "Tentu saja, Firda. Aku akan dengan senang hati menjadi pacarmu."

Keduanya pun larut dalam kebahagiaan, tak peduli dengan keadaan sekitar. Hanya ada mereka berdua, dua insan yang akhirnya menemukan cinta satu sama lain.

Setelah Mulyana dan Firda resmi menjadi sepasang kekasih, kabar itu dengan cepat menyebar di antara teman-teman mereka. Reaksi yang muncul pun beragam:

Di kantin sekolah, Andi dan Budi, teman dekat Mulyana, terkejut saat mendengar kabar itu.

"Apa? Mulyana dan Firda pacaran?" seru Andi tak percaya.

"Serius? Pantas saja akhir-akhir ini mereka kelihatan lebih dekat," timpal Budi.

"Wah, tak kusangka mereka bisa jadian juga. Kupikir Mulyana terlalu cuek untuk menyadari perasaan Firda," ujar Andi, menggeleng-gelengkan kepala.

Budi terkekeh. "Yah, kadang cinta bisa membuat orang jadi buta. Tapi syukurlah mereka akhirnya saling mengungkapkan perasaan."

Di sisi lain, Sinta dan Amel, teman dekat Firda, bereaksi lebih antusias.

"Kyaaa, akhirnya Firda dan Mulyana jadian juga!" pekik Sinta girang.

"Aku tahu kalian saling suka! Pantas saja akhir-akhir ini Firda selalu ceria dan sering melamun," goda Amel sambil menyenggol lengan Firda.

Firda hanya bisa tersipu malu, tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. "Ah, kalian ini. Jangan menggoda kami terus."

"Haha, ayolah Fir. Kami kan hanya ingin ikut bahagia untuk kalian," ucap Sinta sambil merangkul sahabatnya itu.

Sementara itu, di kelas, Mulyana dan Firda mendapat ucapan selamat dan tepuk tangan meriah dari teman-teman sekelas mereka.

"Wah, selamat ya, Mul! Firda memang wanita yang tepat untukmu," ujar Dani sambil menepuk punggung Mulyana.

"Kalian serasi sekali. Akhirnya kalian berani mengungkapkan perasaan masing-masing," timpal Risa dengan senyum lebar.

Mulyana dan Firda hanya bisa tersipu malu, namun keduanya tak bisa menyembunyikan rasa bahagia yang meluap-luap. Mereka akhirnya bisa saling mengungkapkan perasaan dan menjadi sepasang kekasih yang didukung oleh teman-teman terdekat mereka.