01 Desember 2019

Cinta di Ujung Jari

Aku mengenal Doddy berawal melalui sebuah situs perkenalan Facebook, sebuah situs perkenalan di dunia maya yang sedang booming di se-antero dunia saat ini. Waktu itu kusangka ia teman satu SMA aku, karena ketiga yang menjadi temannya kuketahui adalah teman SMAku. Aku mengetahuinya ketika ia menanyakan dimana aku bekerja dan dimana aku tinggal, sontak aku langsung mencari profile lengkap mengenai jati dirinya. Ternyata ia bukan teman SMA ku dulu.





Seiring waktu yang kian berlalu, meski kami hanya saling menyapa hanya sebatas di dunia maya, kamipun semakin akrab. Dirinya yang telah memiliki satu anak rupanya hatinya tertambat olehku yang belum berstatus menikah. Sejujurnya aku agak sedikit ragu untuk meneruskan pertemanan khususku ini mengingat posisiku hanya merusak hubungan rumah tangganya saja. "Apakah pantas aku merebut laki-laki ini ? Pun bagaimana jika istrinya mengetahui ?" pertanyaan-pertanyaan ini terngiang-ngiang membingungkan aku.

Seperti layaknya setiap para pria yang sedang jatuh cinta, ia akan mencoba dengan segala cara untuk mendapatkan tambatan hatinya. Rupanya Doddy tak menyadari akan status dirinya yang telah memiliki seorang anak, sejatinya ia malah nekad menggoda aku terus menerus tak ingat waktu. Kadang ia menelponku untuk sekedar "say hello" atau beberapa SMS sebagai teman pengobat rindu. Kami pun semakin dihantui oleh perasaan rindu yang kian sulit untuk dibendung. Kami tau kalau cinta ini adalah terlarang dan pasti akan banyak tangis air mata karenanya. Tapi kami sama-sama tak bisa menghapus perasaan cinta kami masing-masing, meski kami belum pernah bertemu sekalipun.

Beberapa bulan telah berlalu membuat kami semakin ingin bertemu. Akhirnya kamipun disempatkan untuk bertemu. Bertemu di sebuah rumah makan capat saji. Kami sama-sama saling berpandangan dan akhirnya tertunduk malu. Kamipun menyegerakan untuk meminta menu, mengharap dengan makan suasana akan bisa menjadi cair. Meski pertemuan itu hanya memakan waktu satu jam lamanya, tapi memberi sesuatu yang tak terlupakan di hati kami masing-masing, sesuatu yang membuat hati kami semakin berbunga. Mungkin kami sama-sama sedang terhanyut dalam lautan asmara yang seharusnya terlarang.

Kadang, hati kecilku memerangi akan sikapku ini. "Mengapa aku mau memilihnya ? Bukankah masih banyak laki-laki yang lain yang tidak akan menjadi masalah nantinya kelak ?" Aku seakan dibutakan oleh cinta buta ini. Nyatanya aku kian terbuai oleh setiap sepak terjang Doddy yang mampu membawa diriku merasakan indahnya cinta yang kian membara.

Tapi pada akhirnya, istri sang Doddy tiba-tiba datang menghampiriku. Secara baik-baik dia katakan agar aku tak mengganggu kehidupan rumah tangganya. Tak ada sentakan yang keras atau suatu tamparan dari tangannya. Padahal, bisa saja dia melawanku dengan segenap emosi yang ada dalam dirinya. Manusiawi bila ia tumpahkan emosinya padaku, sebab permasalahan ini begitu menyesakkan hati, melumpuhkan jiwa. Sungguh, dialah satu-satunya wanita yang teramat baik yang membuat aku jadi tak tega jika aku harus merebut laki-laki itu dari dirinya.

Malam demi malam, kuselami hati ini meski penuh dengan bulir-bulir air mata. Begitu sulit melupakan segala sesuatu tentang Doddy. Kenangan-kenangan itu melekat erat dalam sanubari ini seakan tak ingin dilepaskan. Tapi, aku harus bisa berkata "Tidak" untuk Doddy. Akupun harus rela melupakan rasa yang pernah aku rasakan pada Doddy ini. Sebuah rasa yang teramat sangat, namun harus kuperjuangkan sekuat hati dan jiwa.

Tak pernah kubuka lagi account-ku di facebook itu. Pun dengan Nomor HPku juga aku ganti. Aku mencoba hidup dengan lembaran baru, tanpa Doddy.