Karawang, Kumpulan Cerpen Siti Arofah. Hari ini anakku masuk sekolah lagi di kelas yang baru. Kini ia telah duduk di kelas dua. Mataku sempat meleleh saat mengantarnya. Betapa kini aku merasa umurku kian bertambah. Ada asa yang sempat melayang di angan-anganku, aku ingin bisa menimang cucu dari anak-anakku.
Teringat kembali saat aku berderai air mata tak terbendung ketika acara pelepasan anak-anak kelas 6 di SD anakku. Saat itu, meski tak ada satupun dari mereka itu anakku, namun aku jadi ingat akan zaki, anakku. Entahlah, tak ada yang aku pikirkan, hanya ada air mata yang mengalir begitu saja.
Nilai-nilai raportnya sungguh menggembirakan bagi kami. Padahal kami tak punya target untuknya. Aku merasa kemampuan mereka menyerap pelajaran di sekolah dengan semampu dirinya sendiri. Kami sebagai orang tua hanya berupaya membantunya dalam belajar di rumah saat sore tiba setelah sholat maghrib.
Kini zaki pun telah memiliki kamar sendiri. Sesuai permintaannya, kamarnya kami cat dengan warna hijau cerah. Namun sayangnya, gambar planet tak bisa kami buatkan, kami bingung bagaimana melukisnya. Meja belajrnya yang baru kami belikan adalah hadiah kami karena nilai raportnya telah membanggakan kami. Tasnya pun juga baru. Kusempatkan pula membuat kelambu.
Minggu pertama masuknya anakku sekolah membuat aku juga sibuk. Aku harus menyampul buku tulis dan cetaknya. Disitulah aku dituntut berkreatifitas. Aku membuatkan namanya dengan nama kelasnya serta nama pelajarannya yang aku print untuk dilekatkan di bukunya. "Bagus Ma, makasih ya Ma" kata-katanya yang polos seakan menghapus lelah hasil kerja kerasku.
Karena Zaki masuk SD Islam Terpadu, jam pulangnya adalah jam 2 siang. Itu berarti, aku harus menyiapkan bekal makan siangnya di samping uang jajannya. Pagi yang segar untuk menyiapkan makanan untuk semua orang yang tinggal di rumahku. Kadang, aku didera oleh rasa kantuk yang tiada mau mengalah. Tapi itulah resiko menjadi seorang ibu. Jika seperti ini, aku jadi teringat akan ibuku yang tidak pernah menggunakan pembantu. Manusia super bagiku !
Setiap pagi aku mandikan Zaki, aku tak tega bila ia harus mandi sendiri. takut ada yang tidak bersih. Kusiapkan pakaiannya, sambil memasak kusuapi makannya.
Setelah dua hari aku mengantarnya ke sekolah, zaki ke sekolah sendiri dengan naik mobil antar jemput. "Ma, aku berangkat dulu yaa, assalamu'alaikum " zaki berjalan ke arahku sambil bersalaman. "Di sekolah jangan nakal yaa, wa'alaikum salam" jawabku
Teringat kembali saat aku berderai air mata tak terbendung ketika acara pelepasan anak-anak kelas 6 di SD anakku. Saat itu, meski tak ada satupun dari mereka itu anakku, namun aku jadi ingat akan zaki, anakku. Entahlah, tak ada yang aku pikirkan, hanya ada air mata yang mengalir begitu saja.
Nilai-nilai raportnya sungguh menggembirakan bagi kami. Padahal kami tak punya target untuknya. Aku merasa kemampuan mereka menyerap pelajaran di sekolah dengan semampu dirinya sendiri. Kami sebagai orang tua hanya berupaya membantunya dalam belajar di rumah saat sore tiba setelah sholat maghrib.
Kini zaki pun telah memiliki kamar sendiri. Sesuai permintaannya, kamarnya kami cat dengan warna hijau cerah. Namun sayangnya, gambar planet tak bisa kami buatkan, kami bingung bagaimana melukisnya. Meja belajrnya yang baru kami belikan adalah hadiah kami karena nilai raportnya telah membanggakan kami. Tasnya pun juga baru. Kusempatkan pula membuat kelambu.
Minggu pertama masuknya anakku sekolah membuat aku juga sibuk. Aku harus menyampul buku tulis dan cetaknya. Disitulah aku dituntut berkreatifitas. Aku membuatkan namanya dengan nama kelasnya serta nama pelajarannya yang aku print untuk dilekatkan di bukunya. "Bagus Ma, makasih ya Ma" kata-katanya yang polos seakan menghapus lelah hasil kerja kerasku.
Karena Zaki masuk SD Islam Terpadu, jam pulangnya adalah jam 2 siang. Itu berarti, aku harus menyiapkan bekal makan siangnya di samping uang jajannya. Pagi yang segar untuk menyiapkan makanan untuk semua orang yang tinggal di rumahku. Kadang, aku didera oleh rasa kantuk yang tiada mau mengalah. Tapi itulah resiko menjadi seorang ibu. Jika seperti ini, aku jadi teringat akan ibuku yang tidak pernah menggunakan pembantu. Manusia super bagiku !
Setiap pagi aku mandikan Zaki, aku tak tega bila ia harus mandi sendiri. takut ada yang tidak bersih. Kusiapkan pakaiannya, sambil memasak kusuapi makannya.
Setelah dua hari aku mengantarnya ke sekolah, zaki ke sekolah sendiri dengan naik mobil antar jemput. "Ma, aku berangkat dulu yaa, assalamu'alaikum " zaki berjalan ke arahku sambil bersalaman. "Di sekolah jangan nakal yaa, wa'alaikum salam" jawabku