Pages

Mandirinya Zaki Wisata Sekolah Tanpa Mamanya

31 Maret ini, anak kami Zaki yang sedang kelas 1 di SDIT Al-Irsyad akan wisata ke Kidzania bersama teman-teman sekelasnya. Karena biayanya bagiku cukup lumayan, aku sebagai ibunya memutuskan tidak mendampinginya. Keputusan itupun setelah aku tanya beberapa ibu dari siswa teman anakku serta guru wali kelasnya. Wali kelasnya mengatakan tiap 10 siswa didampingi oleh 1 guru pendamping di sana.



"Zaki, zaki pergi wisata sendiri tanpa Mama yaa, zaki kan kata bu Guru mandiri, iya kan, kalo mandiri berarti harus berani sendiri" rayuku berharap anakku mau pergi tanpa aku."Ma, teman-teman pada diantar mamanya lho" zaki tampak memelas."Nanti zaki mama titipkan pada teman kerja Mama yaach " kebetulan ada teman kerjaku yang anaknya sama-sama bersekolah di SDIT Al-Irsyad, namun beda kelas."Ma, nanti di sana aku ga' ada foto-foto kalo Mama ga' ikut" keluh anakku."Coba nanti Mama minta tolong supaya teman mama mau mengambil foto untuk zaki ya di sana, trus mama bisa telpon ke Bu Yulia nanyain kabar kamu ya" Senyuman polosnya yang lucu menyakinkan aku kala itu.

sore yang indah, di saat H-1 wisata ke Kidzania, setelah aku mandi Aku membaca selebaran pemberitahuan dari Bu Yulia dan Bu Erna, wali kelasnya Zaki. Isinya mengenai peraturan-peraturan dan apa-apa yang dibawa saat di Kidzania. ba'da sholat maghrib, kami pergi ke sebuah minimarket untuk memenuhi apa-apa yang akan dibawa zaki esok. Setelah pulang, aku mengemasi tas yang akan dibawa zaki besok agar besok berangkat lebih mudah dan berharap tidak ada yang ketinggalan. Ada chiki, roti dan minuman kotak serta baju ganti. Tampak Zaki telah tertidur pulas sekali. Tampaknya omongan bu gurunya untuk tidur lebih awal dikerjakan dengan senang hati.

Saat Adzan Shubuh berkumandang, Zaki beranjak bangun, dia begitu bersemangat bangun. Biasanya ia bangun setengah jam lebih lama dari pagi ini."Ma, aku minta dimandikan Mama ya ?" pintanya."Hayuuuk, Mama mandikan "Untunglah, Salwa pagi itu tidak rewel, ia ikut bangun namun langsung tidur-tiduran di depan TV ruang keluarga kami. Padahal hari-hari sebelumnya ia selalu menangis saat bangun tidak melihat aku di sisinya, biarpun wajah tersebut digantikan oleh Abinya, ia tetap tidak akan mau. Akupun jadi bisa mengerjakan tugas-tugas lain, seperti menyiapkan makan salwa dan Zaki. Aku baru bisa mandi setelah semuanya selesai, namun saat aku mandi zaki ngomel-ngomel, ia ketakutan terlambat tiba di sekolah, karena di kertas pemberitahuan tertulis "tidak ada toleransi untuk yang datang terlambat / ditinggal ".

Jam 5.30 pun kami berangkat dari Rumah, Aku, Abi, Salwa dan zaki bersiap berangkat dengan mengendari motor. Di perjalanan, kami melihat beberapa teman zaki yang akan berangkat juga."Tuh lihat, teman-teman kamu juga berangkatnya bareng kita kan, jadi jangan takut terlambat ya" Abinya memberitahu zaki sambil menunjuk ke arah beberapa kendaraan di dekatnya.

Tiba di sekolah, ternyata sudah ada beberapa siswa yang telah datang, namun mereka belum berkumpul di halaman sekolah yang sesuai pemebritahuan, bahwa jam 5.50 kumpul di halaman sekolah SDIT Al-Irsyad. Kusambangi Ayahnya Shafa."Bapak ayahnya Shafa kan ?""iya, ibu ibunya siapa ?""Saya Mamanya Zaki, Pak. Bapak ikut mengantar Shafa di sana ?""Ah, tidak. Kalau saya ikut, nanti biayanya berapa.""Sama Pak, saya juga ga' mengantar zaki koq, lagi pula, sudah ada guru pendampingnya. Insya Allah kita percayakan saja pada mereka.""Abi, ini ayahnya Shafa yang sekelas satu Arofah dan satu jemputan dengan zaki ".Sambil senyam-senyum Abi bersalaman dengan Ayahnya Shafa.Setelah itu kami berpencar kembali.

Begitu melihat Yani, teman kerjaku, aku langsung melambai-lambaikan tangan. Iapun melihat aku."Mana anaknya ?" tanyanya kepadaku."Ini anakku, zaki ini mamanya Pito yaa " sambil menunjukkan zaki pada temanku, kuperkenalkan temanku ke Zaki."Mirip, mirip sama kamu, jadinya aku nyarinya ga' susah" Yani tampak dengan cepat mengingat wajah anakku.

Ku temui Bu Yuli, guru pendamping zaki di sana. Kuucap salam dan kuperkenalkan aku padanya.
"Bu, titip zaki ya, sebab saya tidak ikut. Jazakallah Khair" aku menjelaskan pada bu Yuli.
"Iya Bu, Insya Allah" jawab Bu Yuli dengan tersenyum.

karena jam telah menunjukkan jam 6.30, buru-buru ku katakan pada zaki kalau aku harus pulang, sebab aku masuk kerja."Zaki, mama pulang ya. Mama ga' bisa nungguin zaki sampai berangkat, kan Mama harus berangkat kerja. Zaki baik-baik di sana ya, kan Bu Yulia baik" bisikku sambil mencium kedua pipinya."Iya Mah, assalamu'alaikum" sekali lagi zaki tampak yakin berpamitan pulang."wa'alaikum salam" akupun bergegas pulang.

Selama di kantor, aku selalu memikirkannya, sudah sampai dimana dirinya, sedang apa ya. Meski ada sedikit rasa cemas, namun bayangan-bayangan keceriaannya menghiasi alam pikiranku. Siangnya sekitar jam 2, aku menelpon Yani, namun ia tidak mengangkat meski telah beberapa kali kutelpon. Bu Yulipun demikian, mungkin mereka sedang sibuk mengurusi siswa-siswa. Beberapa menit kemudian kucoba menelpon kembali Bu Yuli.

"Hallo, assalamu'alaikum. Ini dengan siapa ya ?" tanyanya."Waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh, ini Mamanya Zaki Bu, Zaki gimana Bu ?" "Oh, Zaki baik-baik aja Bu. Ini sedang berada di Bis hendak dalam perjalan pulang ke karawang""Alhamdulillah, Zaki menangis ga' ?" "Engga' Bu. Ibu mau bicara dengan Zaki ?""Oh, boleh."Karena suasana di dalam bus ramai sekali, aku dan zaki sama-sama tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan kami. Akhirnya aku sudahkan percakapan kami, sebab aku sudah mendengar suara anakku.

Zaki baru tiba di rumah jam 5.30 sore. Sesampainya di rumah, Zaki tampak sangat senang sekali. Ia lantas menceritakan petualangannya selama di sana. Ia bekerja sebagai polisi, pemadam kebakaran, melihat sulap. Katanya ia tidak sempat menjadi pekerja-pekerja lainnya dikarenakan sudah penuh."Ma, aku tadi sempat beli bolpoint untuk mama dan salwa, tapi hilang entah dimana. Maaf ya Ma." Zaki berusaha dengan polosnya. Subhanallah, ternyata Zaki masih mengingat kami di rumah. Mudah-mudahan sifat sayangnya selalu terjaga sepanjang masa. Amiin.